kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Holding BUMN ultra mikro diharapkan bisa menekan biaya operasional


Rabu, 10 Februari 2021 / 16:34 WIB
Holding BUMN ultra mikro diharapkan bisa menekan biaya operasional


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembentukan holding BUMN ultra mikro diharapkan bisa mendorong efisiensi di PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Dengan begitu, integrasi dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bisa menekan biaya operasional.

Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menyebut, integrasi ini bisa menurunkan bunga pinjaman yang disalurkan perusahaan kepada pelaku usaha ultra mikro. Sebenarnya, kata dia, bukan biaya bunga yang tinggi tapi biaya servis atau layanan.  

"Kami setiap minggu bertemu (nasabah), mereka kami manjakan tak perlu ke cabang untuk bayar angsuran, tidak kena biaya transaksi, sehingga bunga kami muncul angka (sekitar 25% per tahun)," kata Arief dalam dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Senin (8/2). 

Untuk itu, sejalan peningkatan plafon mereka, PNM sudah bisa menurunkan bunga sebesar 6% menjadi 19% untuk debitur dengan pinjaman di atas Rp 5 juta. Setelah masuk holding, dia berharap bunga pinjaman bisa turun signifikan. 

Baca Juga: Bisnis meningkat, jumlah agen Pegadaian naik 65% sepanjang 2020

"Saya belum berani janjikan turun 10% secara tiba-tiba, tapi arah kesana ingin dicapai terkait dengan efektivitas proses yang bisa dilakukan bersama-sama," lanjut dia. 

Selain menurunkan bunga, pembentukan holding diharapkan bisa membantu pengintegrasian sistem digital dengan BRI. Alhasil, pelayanan ke nasabah bisa lebih cepat dan mengurangi beban biaya perusahaan. "Jadi arahnya nanti ke sana, kami tak perlu bangun sendiri infrastruktur IT dan bisa menggunakan apa yang sudah dimiliki BRI," terang Arief. 

Hal ini akan membantu nasabah PNM yang belum mendapatkan akses ponsel pintar.  Mengingat, sampai Desember 2020, dari total 7,8 juta nasabah hanya ada 1 juta orang yang memiliki telepon genggam. 

Dari jumlah itu, hanya 65% nasabah yang memiliki ponsel pintar. Akibatnya, 95% pinjaman masih dibayarkan secara tunai, semetara yang ditransfer ke bank berasal dari nasabah yang sudah naik kelas atau memiliki pinjaman di atas Rp 5 juta. 

Baca Juga: BRI akan rights issue dalam rangka holding BUMN ultra mikro, bagaimana persiapannya?




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×