kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Holding BUMN ultra mikro diharapkan bisa menekan biaya operasional


Rabu, 10 Februari 2021 / 16:34 WIB
Holding BUMN ultra mikro diharapkan bisa menekan biaya operasional
ILUSTRASI. Selain menurunkan bunga, pembentukan holding diharapkan bisa membantu pengintegrasian sistem digital dengan BRI.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembentukan holding BUMN ultra mikro diharapkan bisa mendorong efisiensi di PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Dengan begitu, integrasi dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bisa menekan biaya operasional.

Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menyebut, integrasi ini bisa menurunkan bunga pinjaman yang disalurkan perusahaan kepada pelaku usaha ultra mikro. Sebenarnya, kata dia, bukan biaya bunga yang tinggi tapi biaya servis atau layanan.  

"Kami setiap minggu bertemu (nasabah), mereka kami manjakan tak perlu ke cabang untuk bayar angsuran, tidak kena biaya transaksi, sehingga bunga kami muncul angka (sekitar 25% per tahun)," kata Arief dalam dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Senin (8/2). 

Untuk itu, sejalan peningkatan plafon mereka, PNM sudah bisa menurunkan bunga sebesar 6% menjadi 19% untuk debitur dengan pinjaman di atas Rp 5 juta. Setelah masuk holding, dia berharap bunga pinjaman bisa turun signifikan. 

Baca Juga: Bisnis meningkat, jumlah agen Pegadaian naik 65% sepanjang 2020

"Saya belum berani janjikan turun 10% secara tiba-tiba, tapi arah kesana ingin dicapai terkait dengan efektivitas proses yang bisa dilakukan bersama-sama," lanjut dia. 

Selain menurunkan bunga, pembentukan holding diharapkan bisa membantu pengintegrasian sistem digital dengan BRI. Alhasil, pelayanan ke nasabah bisa lebih cepat dan mengurangi beban biaya perusahaan. "Jadi arahnya nanti ke sana, kami tak perlu bangun sendiri infrastruktur IT dan bisa menggunakan apa yang sudah dimiliki BRI," terang Arief. 

Hal ini akan membantu nasabah PNM yang belum mendapatkan akses ponsel pintar.  Mengingat, sampai Desember 2020, dari total 7,8 juta nasabah hanya ada 1 juta orang yang memiliki telepon genggam. 

Dari jumlah itu, hanya 65% nasabah yang memiliki ponsel pintar. Akibatnya, 95% pinjaman masih dibayarkan secara tunai, semetara yang ditransfer ke bank berasal dari nasabah yang sudah naik kelas atau memiliki pinjaman di atas Rp 5 juta. 

Baca Juga: BRI akan rights issue dalam rangka holding BUMN ultra mikro, bagaimana persiapannya?

Selain PNM, Pegadaian juga menilai integrasi ini akan mendorong efisiensi biaya pemasaran karena tidak perlu banyak membangun outlet atau kantor cabang di daerah-daerah. Sebab, gadai pelat merah ini bisa memanfaatkan kantor cabang milik Bank BRI. 

"Contohnya, bagaimana Pegadaian yang mau mengembangkan 2.000 outlet berapa biayanya? Kalau dengan BRI kami bisa hemat per outlet Rp 200 juta, kalau 2.000 outlet berarti (hemat) Rp 400 miliar per tahun. Belum nanti kami punya penaksir-penaksir yang ditempatkan di kantor BRI, maka pelayanan kami terhadap masyarakat di remote area khususnya akan tambah banyak,” ujar Kuswiyoto.

Menurut Kuswiyoto, saat ini mayoritas kantor atau unit kerja Pegadaian hanya terdapat di kota-kota besar dan kecamatan yang sudah lama berkembang. Kondisi ini membuat Pegadaian kesulitan menjangkau nasabah di daerah pelosok.

Melalui integrasi tersebut, jangkauan kerja Pegadaian dipastikan meluas. Hal ini akan membantu upaya pemerintah memberantas keberadaan rentenir di daerah. Penetrasi ini bisa dilakukan secara hemat, karena Pegadaian hanya perlu menempatkan satu orang pekerjanya di kantor-kantor BRI di pelosok.

Baca Juga: DPR meminta pembentukan holding ultra mikro segera dipercepat

“Dengan begitu jangkauan kami kepada masyarakat di bawah akan jauh lebih bagus, yang sebelumnya mereka pinjam ke rentenir kami upayakan mereka bisa beralih ke Pegadaian," ungkapnya.

Jadi sudah ada 75 outlet BRI menjadi piloting dengan menempatkan karyawan Pegadaian. Meski holding terbentuk, tapi bisnis dan kultur tetap dijalankan masing-masing perusahaan. 

Baca Juga: BRI Akan Menjadi Induk Ultra Mikro Keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×