kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Holding ultra mikro dinilai akan pangkas biaya dana layanan keuangan anggota holding


Jumat, 20 Agustus 2021 / 11:22 WIB
Holding ultra mikro dinilai akan pangkas biaya dana layanan keuangan anggota holding
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan pembuatan dandang di Sentra Produksi Alat Rumah Tangga. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinergi ekosistem usaha ultra mikro yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero)  melalui holding BUMN Ultra Mikro (UMi) dinilai akan meningkatkan kinerja keuangan konsolidasian ke depan.

Pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto bilang anggota holding bisa meningkatkan integrasi setiap channel. Pada tahap awal, Toto menyampaikan holding akan memangkas banyak beban dana pada layanan jasa keuangan masing-masing perseroan. BRI akan mampu menyediakan channel likuiditas lebih kepada PNM dan Pegadaian.

Terlebih, BRI memiliki likuiditas yang melimpah di tengah masa pandemi sehingga butuh optimalisasi. Di samping itu, perbaikan struktur dana lanjutan dapat dilakukan melalui sinergi data nasabah. 

Dengan pemangkasan biaya dana, Toto melanjutkan, tahap berikutnya adalah memperdalam penetrasi bisnis pembiayaan dan pemberdayaan. Hal ini dilakukan dengan cross selling sekaligus co-location atau sinergi jaringan yang membuat penetrasi bisnis holding semakin dalam menjangkau segmen usaha ultra mikro. 

"Hal ini pun semakin efektif lantaran masing-masing anggota tetap mempertahankan keunikan bisnisnya sehingga menyediakan solusi keuangan lebih lengkap," ujarnya pada Jumat (20/8).

Baca Juga: Strategi Bank Rakyat Indonesia (BBRI) memperlebar bisnis kredit mikro

Sebagai gambaran, BRI  mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 2,23% yoy menjadi  Rp 1.096,45 triliun pada akhir Juni 2021. DPK disokong oleh Dana murah rasio CASA 59,56% atau tumbuh signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 55,81%.

Peningkatan CASA otomatis menekan biaya dana atau Cost of Fund (COF) menjadi turun dari semula 3,54% pada akhir kuartal II 2020 menjadi 2,18% pada akhir kuartal II 2021. Sementara itu, baik Pegadaian dan PNM saat ini diperkirakan memiliki COF di kisaran 9% sampai 10%.

Jika COF tersebut bisa dipangkas, peningkatan manfaat layanan juga akan semakin dirasakan oleh pelaku usaha di segmen ultra mikro sebagai nasabah. Pasalnya, efisiensi pada struktur dana akan membuat bunga pembiayaan menjadi lebih rendah. "Solusi keuangan pun akan menjadi lebih lengkap, dan akan mengakomodir pelaku usaha untuk cepat naik kelas," ujarnya.

Senada, Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara menyampaikan integrasi untuk memperkuat ekosistem usaha UMi melalui holding akan sangat baik dalam meningkatkan permodalan di masing-masing perseroan. 

Hal itu, menurut Mirza akan memperkuat ekspansi, terlebih di segmen usaha ultra mikro membutuhkan keahlian tata kelola khusus. Bukan hanya terkait penyaluran dana atau pembiayaan saja, tetapi juga menonjolkan pendampingan dan pemberdayaan.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi kuartal II capai 7,07%, Menteri Bahlil minta jangan terlena

Dengan demikian, fundamental bisnis akan semakin kuat di tataran bawah karena suntikan modal bagi bisnis wong cilik ditindaklanjuti dengan pembinaan untuk mendorong usaha tersebut ‘naik kelas’. Implikasinya di masa datang, penguatan usaha di tataran bawah membawa pertumbuhan kinerja perseroan.

"Holding ini positif karena akan membuat permodalan lembaga pembiayaan serta sumber dana kredit mikro menjadi lebih kuat. Ini bagus untuk Indonesia. Diharapkan juga informasi kredit menjadi lebih terintegrasi. Ini untuk menangkap potensi pertumbuhan sekaligus mitigasi risiko," jelasnya.

BRI sebagai induk holding akan melaksanakan rights issue dengan keterlibatan pemerintah di dalamnya, melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dalam bentuk non tunai. Terkait proses tersebut, pemerintah akan mengalihkan seluruh saham Seri B miliknya (inbreng) dalam Pegadaian dan PNM kepada BRI. Dana hasil dari aksi korporasi itu di antaranya akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan holding ultra mikro tersebut.

Dengan adanya holding ini, pemerintah ingin memastikan penyaluran pembiayaan kredit kepada pelaku ultra mikro dan mikro yang membutuhkan kredit dengan bunga rendah akan jauh lebih terarah, mudah dan juga ada pertambahan nasabah baru yang signifikan. Sinergi tiga BUMN untuk ultra mikro ini ditargetkan memperluas pendanaan bagi kurang lebih 29 juta pelaku usaha ultra mikro pada 2024 mendatang.

Selanjutnya: BRI: Holding ultra mikro tidak akan mematikan koperasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×