kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

BRI: Holding ultra mikro tidak akan mematikan koperasi


Senin, 09 Agustus 2021 / 12:40 WIB
BRI: Holding ultra mikro tidak akan mematikan koperasi
ILUSTRASI. Kantor cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI).


Reporter: Amanda Christabel | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembentukan holding BUMN ultra mikro yang fokus menyasar masyarakat di segmen usaha skala paling kecil dan belum tersentuh oleh lembaga keuangan formal, dipastikan tidak akan mematikan keberadaan koperasi. 

Terlebih, koperasi dapat dilibatkan dan menjadi bagian dari ekosistem tersebut, sehingga mampu menghadirkan layanan yang efisien melalui digitalisasi.

“Mereka (koperasi) kita libatkan dalam ekosistem ini dan mereka didigitalkan juga, mereka bagian dari ekosistem ini. Kalau rentenir saja bisa kita jadikan agen, kemudian memberikan layanan efisien dengan digital, maka koperasi-koperasi pun akan lebih bisa lagi,” kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso. 

Pernyataan Sunarso tersebut menjawab kekhawatiran sejumlah pihak yang menilai bahwa keberadaan holding ultra mikro dapat mematikan koperasi. 

Seperti diketahui, pemerintah berniat membentuk holding ultra mikro yang melibatkan tiga BUMN yakni BRI, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Kehadiran holding tersebut ditujukan bagi masyarakat yang belum bankable melalui perluasan jangkauan layanan dan integrasi, yang ditargetkan untuk mendorong peningkatan inklusi keuangan nasional.

Baca Juga: Holding ultra mikro beri efek domino penyerapan tenaga kerja

Sejauh ini, peran besar segmen mikro dan ultra mikro dalam menopang perekonomian nasional belum diimbangi pemberdayaan dan akses pembiayaan yang merata terutama di segmen usaha ultra mikro. 

Mengacu data BRI, dari sekitar 45 juta usaha ultra mikro pada 2018, hanya sekitar 15 juta unit usaha ultra mikro yang baru memperoleh akses pendanaan dari lembaga keuangan formal.

Sekitar 12 juta usaha ultra mikro lainnya mendapatkan akses pendanaan dari sumber informal seperti rentenir dan keluarga atau kerabat. Adapun sekitar 18 juta usaha ultra mikro lainnya belum mendapatkan akses pendanaan sama sekali.

“Jadi secara ekonomi, holding memberikan nilai tambah bagi pemegang saham di segitiga ini (BRI, Pegadaian dan PNM). Secara sosial meningkatkan kapabilitas masyarakat, terutama di ultra mikro melalui pemberdayaan dan sustainable. Ini akan meningkatkan kontribusi terutama meningkatkan inklusi keuangan secara berkelanjutan,” jelas dia dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (9/8).

 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×