Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembentukan holding ultra-mikro akan mengubah peta aset PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Tinggal selangkah lagi holding ini terbentuk setelah dapat payung hukum dengan Peraturan Pemerintah (PP) 73 tahun 2021.
Mekanisme pembentukan holding akan dilakukan lewat penambahan modal BBRI dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.
Pemerintah sebagai pemilik 56,75% saham bank tersebut akan mengambil haknya dengan mengalihkan sahamnya di Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Dengan begitu, aset BRI akan meningkat pasca rights issue.
Per Maret 2021, aset BRI mencapai Rp 1.411 triliun. Berdasarkan penilaian KAP PSS (firma anggota Ernst & Young Global Limited), aset bank ini pasca rights issue akan meningkat menjadi Rp 1.515 triliun dengan memperhitungkan penggabungan Pegadaian dan PNM.
Baca Juga: Intip kurs dollar rupiah di BRI jelang tengah hari ini, Kamis 8 Juli 2021
BRI akan melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 28,67 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Rencana ini akan digelar setelah mendapat persetujuan. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 22 Juli 2021.
Meski begitu, kenaikan aset BBRI ini masih tetap jauh di bawah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Aset Bank Mandiri mencapai Rp 1.584,1 triliun per Maret 2021, ini melonjak 20% secara year on year (YoY) yang ditopang oleh konsolidasi dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), hasil merger bank syariah Himbara.
Adapun bank ketiga dengan aset terbesar di Tanah Air pada kuartal I 2021 masih diraih oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) karena masih tumbuh 12,1% YoY. Selanjutnya ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang naik 5%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) meningkat 21,9%, CIMB Niaga, Bank Panin naik 2,4%, OCBC NISP naik 8,5%, Bank Danamon dan BTPN.
PT Bank OCBC NISP Tbk mencatatkan kenaikan peringkat dari sisi aset 10 bank besar pada kuartal I 2021. Jika di periode yang sama tahun lalu bank ini ada di urutan ke-10, kini sudah berada dirangking tujuh karena mencatatkan kenaikan aset sebesar 8,5% YoY.
BRI menargetkan pertumbuhan aset tahun 2021 bisa mencapai 2%-3% YoY dengan memprediksi pertumbuhan kredit bisa mencapai 6%-7%. Namun, masih ada potensi untuk merevisi naik atau turun target tersebut sampai akhir tahun dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian.
Baca Juga: PP soal holding ultra mikro terbit, ini kata PNM
Dengan ketidakpastian yang terjadi akibat pandemi, BRI juga memiliki strategi meningkatkan kepemilikan surat berharga pemerintah apabila permintaan kredit belum tumbuh sesuai yang diharapkan.
"Hal ini perlu dilakukan untuk mengoptimalkan likuiditas yang ada," kata Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI pada Kontan.co.id, Rabu (7/7).
Menurut Aestika, relaksasi dan juga insentif/stimulus yang telah diberikan regulator dan Pemerintah cukup membantu perbankan dalam penyaluran kredit karena meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
Sementara Haru Koesmahargyo Direktur Utama BTN masih optimistis pihaknya bisa mencapai target pertumbuhan kredit minimal 7% tahun ini sehingga akan mendorong peningkatan aset. Pasalnya, permintaan KPR di bank sudah semakin meningkat. Pada semester I, kredit BTN sudah tumbuh di atas 4,75% YoY.
Bank Mandiri belum ada rencana merevisi rencana bisnis bank (RBB) yang sudah disusun tahun ini. Bank ini menargetkan kredit bisa tumbuh 6%-8% tahun ini. "Bank Mandiri masih optimis bisa mencapai target yang sudah ditetapkan sejak awal," kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Selasa (29/6).
Suria Darma Kepala Riset Samuel Sekuritas mengatakan, untuk melihat prospek saham perbankan harus mencermati efek kebijakan PPKM yang dilakukan pemerintah terhadap kaulitas kredit nasabah.
"Selain itu, juga mencermati banyaknya restrukturisasi BUMN seperti Garuda dan lain-lain dan bagaimana efeknya terhadap beban provisi bank," jelasnya, Rabu (7/7).
Baca Juga: Total rights issue Bank Rakyat Indonesia (BBRI) bisa mencapai Rp 96 triliun
Suria melihat provisi bank besar masih lebih tinggi dari bank-bank kecil. Bank-bank mini berupaya menjaga profit agar kelihatan bagus sehingga biaya provisinya rendah. Meski begitu, dia masih merekomendasikan saham-saham bank 5 besar.
Namun, prospek saham bank-bank besar ini dinilai masih menghadapi tantangan dengan adanya beberapa rencana IPO dan rights issue jumbo di pasar saham.
Okie Setya Ardiastama, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas melihat, pergerakan saham BBRI berpotensi tertekan seiring rencana rights issue jumbonya tetapi prospek jangka panjang dinilai akan cukup baik sejalan dengan potensi peningkatan aset dan likuiditas sahamnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News