kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ikuti langkah BI, BRI pangkas suku bunga kredit hingga 325 bps


Selasa, 02 Maret 2021 / 19:06 WIB
Ikuti langkah BI, BRI pangkas suku bunga kredit hingga 325 bps
ILUSTRASI. Warga melakukan transaksi di mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di sebuah bak di Jakarta, kais (18/2/2021). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna memacu perekonomian nasional, Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%. Penurunan suku bunga acuan tersebut juga diikuti oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga pinjamannya. 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turut kembali menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) mulai 28 Februari 2021 untuk seluruh segmen. Baik korporasi, ritel, mikro, KPR dan non-KPR.

BRI memangkas bunga kredit mulai dari 150 bps hingga 325 bps pada kali ini. Sebelumnya, sepanjang tahun 2020 lalu BRI telah menurunkan suku bunganya sebesar 75 bps hingga 150 bps. Bahkan khusus untuk restrukturisasi keringanan suku bunga, BRI menurunkan antara 300 bps sampai 500 bps.

Baca Juga: BTN bantu masyarakat terdampak banjir di Jawa Tengah

“Kebijakan penurunan suku bunga kredit yang dilakukan BRI ini merupakan bagian dari upaya untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional, seiring berlanjutnya tren penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam keterangan tertulis pada Selasa (2/3).

Lebih lanjut, Sunarso menjelaskan selain karena tren suku bunga acuan yang terus menurun, penurunan suku bunga kredit BRI dilakukan karena menurunnya beban biaya dana (cost of fund) dan meningkatnya level efisiensi perbankan yang disebabkan berbagai inisiatif digital yang terus dilakukan. 

Sunarso menjelaskan, meski telah menurun tetapi perubahan suku bunga kredit bukan menjadi satu-satunya variabel penentu besar/kecilnya permintaan pembiayaan.  “Berdasarkan analisa ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah tingkat konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat,” tambah Sunarso.

Ia menyebut peningkatan dua hal ini akan berujung pada naiknya permintaan kredit dan membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional. 

Baca Juga: Gandeng platform digital, penyaluran KUR bisa lebih cepat dan berkualitas

Penurunan SBDK terbesar diberikan pada kredit konsumer non-KPR sebesar 3,2%. Dengan penurunan ini, SBDK non-KPR berubah dari semula 12% menjadi 8,75%.

Selain itu, BRI juga menurunkan SBDK KPR sebesar 2,65%, dari 9,90% menjadi 7,25%. Penurunan SBDK juga dilakukan untuk segmen mikro sebesar 2,5%. Perubahan ini membuat SBDK mikro turun dari 16,50% menjadi 14%.

Pada kredit segmen korporasi dan ritel, BRI melakukan penurunan SBDK masing-masing sebesar 1,95% dan 1,5%. Dengan demikian saat ini, SBDK korporasi berubah dari 9,95% menjadi 8%. Kemudian, SBDK segmen ritel berkurang dari 9,75% menjadi 8,25%.

Selanjutnya: Kredit melambat, pendapatan bunga perbankan tergerus di tahun lalu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×