kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,19   -7,17   -0.77%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri dana pensiun borong surat utang


Kamis, 12 Agustus 2021 / 19:27 WIB
Industri dana pensiun borong surat utang
ILUSTRASI. Dana pensiun.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor masuk ke pasar keuangan kian deras. Industri dana pensiun, misalnya, gencar berinvestasi pada instrumen yang lebih aman dan rendah risiko. Salah satunya, dengan memborong surat berharga negara (SBN).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, investasi dana pensiun ke SBN sentuh Rp 84,43 triliun per Juni 2021. Nilai itu naik 19,36% yoy dan menjadi instrumen paling besar dimiliki oleh industri dapen. 

Berbagai faktor menjadi alasan industri dapen memilih SBN. Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menilai, kebanyakan dapen memilih SBN karena mengejar imbal hasil (return) lebih tinggi dari deposito berjangka. 

"Dengan begitu, banyak dana pensiun yang melakukan switching (pengalihan investasi) ke SBN. Selain lebih aman, juga lebih stabil jika dilihat dari sisi risiko dan return-nya," kata Bambang, Kamis (12/8).

Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana diramal kembali ke Rp 550 triliun pada akhir tahun

Pertimbangan lainnya, karena ingin memenuhi kewajiban investasi ke SBN minimal 30% dari total investasi. Kewajiban itu tertuang dalam Peraturan OJK No. 1/2016 tentang Investasi SBN Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank.

Regulasi tersebut mewajibkan dana pensiun pemberi kerja (DPPK) baik yang menjalankan program pensiun manfaat pasti (PPMP) maupun pensiun iuran (PPIP) untuk berinvestasi SBN minimal 20% pada akhir 2016. Kemudian bertambah menjadi 30% pada tahun 2017. 

"Dasar pertimbangan dapen ke SBN, karena adanya ketentuan dari OJK untuk memenuhi syarat minimal penempatan investasi ke SBN," tambahnya. 

Bambang memperkirakan, investasi industri ke SBN tetap berlanjut. Sampai akhir tahun, surat utang tersebut akan masih jadi andalan pemain dapen untuk memarkirkan dananya. 

Baca Juga: Jumlah pendana fintech melonjak, AFPI: Kepercayaan masyarakat meningkat

Tak hanya SBN, investasi ke surat utang lain juga naik. Sampai Juni 2021, investasi ke obligasi korporasi dan sukuk korporasi menunjukkan kenaikan masing-masing sebesar 1,66% yoy dan 14,65%.

Salah pemain, DPLK Syariah Muamalat memarkirkan dananya 22% ke Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Menurut Senior Vice President & Executive DPLK Syariah Muamalat Sulistyowati, surat utang tersebut memiliki tingkat pengembalian instrumen yang bebas risiko. "Dengan tren suku bunga acuan yang rendah, harga sukuk atau obligasi berpotensi naik," jelas dia. 

Sampai akhir tahun, perusahaan akan memaksimalkan investasi ke SBBN. Namun itu semua bergantung dari minat investasi peserta DPLK dan peraturan yang berlaku. 

Selanjutnya: BSI: Nasabah ex-BNI Syariah bisa aktifkan layanan BSI Mobile untuk bertransaksi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×