kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ini alasan CIMB Niaga Syariah tak mau buru-buru spin off


Minggu, 09 Desember 2018 / 12:38 WIB
Ini alasan CIMB Niaga Syariah tak mau buru-buru spin off
ILUSTRASI. Kinerja Bank CIMB Niaga Syariah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - BOGOR. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan seluruh unit usaha syariah (UUS) untuk melakukan konversi menjadi Bank Umum Syariah (BUS) atau spin off paling lambat akhir tahun 2023 alias lima tahun lagi.

Namun, sejumlah bank lebih memilih tidak terburu-buru dalam melangsungkan pemisahan dengan induk tersebut. Salah satunya UUS PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) yang menyebut ingin memperbesar dan mempersiapkan cakupan bisnis terlebih dulu sebelum melakukan spin off.

Direktur Syariah CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara menegaskan, UUS CIMB Niaga berencana untuk menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III pada tahun 2023 atau setelah spin off.

"Saya maunya CIMB Niaga Syariah jadi BUKU III karena induknya itu sudah BUKU IV," tuturnya saat ditemui di Bogor, (7/12) lalu. Nah, untuk mencapai target tersebut, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh CIMB Niaga Syariah.

Pertama, pihaknya harus memiliki aset hingga Rp 90 triliun. Pandji menuturkan, bila memakai asumsi pencapaian hingga tahun 2018, maka target tersebut sangat mungkin diraih. Catatan saja, per kuartal III 2018 lalu total aset CIMB Niaga Syariah sudah menembus Rp 31,2 triliun.

Pertimbangan lain untuk menjadi BUKU III apabila akan spin off antara lain, agar CIMB Niaga Syariah tetap bisa melakukan ekspansi seperti saat ini. Lantaran ada beberapa batasan transaksi yang tidak diperbolehkan untuk kategori BUKU I dan BUKU II.

"Kami ingin BUKU III agar bisa maksimal melayani nasabah di dalam negeri, karena kalau BUKU II itu tidak bisa kasih layanan maksimal, ada beberapa layanan yang tidak bisa dilakukan," sambungnya.

Perjalanan CIMB Niaga Syariah menuju BUKU III sebelum spin off juga cukup panjang. Sebab, untuk menjadi BUKU III maka perusahaan membutuhkan modal inti minimal sebesar Rp 5 triliun. Adapun, hingga September 2018 lalu modal inti CIMB Niaga Syariah baru sebesar Rp 2,75 triliun.

Namun, berkaca pada kinerja sejauh ini. Pandji meyakini sisa modal inti yang dibutuhkan bisa segera terpenuhi. Apalagi, sang induk yaitu CIMB Niaga sangat berkomitmen untuk menambah modal ke UUS dengan catatan kinerjanya terus konsisten.

Hanya saja, sampai saat ini pihaknya belum menyiapkan rencana untuk spin off. Alasannya, CIMB Niaga Syariah ingin memiliki perangkat infrastruktur serta layanan yang sama bagusnya dengan bank konvensional lebih dulu sebelum berpisah dengan induk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×