Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengungkapkan alasan pembentuk holding pembiayaan dan pemberdayaan Ultra Mikro (UMi). Hal ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem sehingga makin banyak lagi pelaku usaha ultra mikro mendapatkan akses layanan keuangan formal.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, ada tiga hal yang diharapkan dari pembentukan holding tersebut. Pertama, integrasi BUMN pada holding ini diharap menciptakan efisiensi biaya dana (cost of fund) dari lembaga yang terlibat seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).
“Tentunya dengan ekosistem sinergi BRI, Pegadaian, dan PNM cost of fund dari ekosistem ini bisa kami buat lebih rendah," kata Kartika dalam diskusi daring bertajuk “Kebangkitan UMKM untuk Mendorong Perekonomian Nasional”, Senin (18/1).
Baca Juga: Likuiditas melimpah, perbankan ancang-ancang mengucurkan kredit
Kemudian kedua, sinergi jaringan sehingga ekspansi usaha bisa kita lakukan dengan biaya yang lebih murah, sehingga cost of serve dan acquire customer bisa menjadi lebih murah. Ketiga, kehadiran holding tersebut diproyeksi menghasilkan sinergi digitalisasi dan platform pemberdayaan pelaku usaha kecil di Indonesia.
Sinergi ini akan menyediakan pusat data UMKM yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber data UMKM dalam skala nasional sehingga dapat membantu pemerintah. Nantinya program berbagai program UMKM bisa dijalankan dengan tepat sasaran.
"Pembentukan holding BUMN untuk UMi menjadi salah satu cara Kementerian BUMN untuk mengakselerasi akses keuangan formal UMKM di Indonesia," lanjutnya.
Menurutnya, UMKM adalah mesin ekonomi yang sangat besar sehingga kapasitas, akses keuangan dan pasar terhadap UMKM perlu ditingkatkan. Selepas pandemi, ia yakin peranan BUMN dapat ditingkatkan untuk memperluas akses bagi pelaku usaha. Khususnya melalui integrasi layanan ultra mikro di ekosistem BRI, Pegadaian dan PNM.
Baca Juga: Bank menekan biaya dana, deposito mulai susut
Pada kesempatan terpisah, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho menyebut sinergi BUMN untuk pemberdayaan UMKM berpotensi besar meningkatkan indeks inklusi keuangan masyarakat.
Kehadiran holding ini juga bisa membuka akses terhadap UMKM yang selama ini belum terjangkau layanan keuangan dari bank (unbankable). Sinergi pelat merah ini juga akan menciptakan skema tabungan untuk mobilisasi pendapatan UMKM, dan investor skala kecil.
“Kalau semuanya ini berhasil, sangat mungkin kehadiran holding BUMN ini dapat meningkatkan indeks keuangan inklusif dan akses pada unbanklable,” ujar Agus.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini baru 11,11% pelaku UMKM yang bisa mengakses layanan lembaga pembiayaan. Oleh karena itu, akses pembiayaan yang mudah dan murah harus terus didorong agar pelaku usaha kecil dapat segera bangkit dan mendorong perekonomian nasional pasca pandemi.
Baca Juga: CIMB Niaga Auto Finance merestrukturisasi pembiayaan Rp 1,2 triliun tahun lalu
“Kami mengharapkan kolaborasi berbagai pihak untuk pengembangan dan pemberdayaan UMKM ke depan,” ujar Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba Rachman.
Wacana pembentukan holding tersebut mencuat sejak akhir 2019. Rencana ini kembali menguat setahun berikutnya pasca BUMN Erick Thohir berkali-kali menyebut, bahwa dalam waktu dekat akan ada pembentukan holding pemberdayaan UMKM melibatkan BRI, Pegadaian, dan PNM.
Pada pertengahan Desember 2020, Erick menyebut langkah ini untuk menyelaraskan data UMKM dan ultra mikro. Pendataan secara terpadu itu bisa menjadi cara meningkatkan kelas pengusaha UMKM di Indonesia.
Selanjutnya: Kredit kendaraan bermotor tahun ini diperkirakan tumbuh double digit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News