kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini Besaran Tambahan Laba yang Bisa Didapat Bank dengan Menurunkan Biaya Kredit


Selasa, 22 Maret 2022 / 17:53 WIB
Ini Besaran Tambahan Laba yang Bisa Didapat Bank dengan Menurunkan Biaya Kredit
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah pada kantor cabang BNI. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menargetkan akan menurunkan biaya kredit atau cost of credit (CoC) tahun ini sejalan dengan kondisi ekonomi yang terus membaik. 

Penurunan biaya kredit ini bisa semakin mendorong peningkatan laba perbankan. Semakin efisien bank dalam menjaga biaya kredit maka semakin tinggi tambahan laba yang bisa didapat. 

Agar biaya kredit turun, bank harus memperbaiki kualitas aset. Caranya, bank harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit dan berupaya menurunkan biaya dana agar bunga kredit tetap terjaga di tengah tekanan pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya usai. 

Dengan perbaikan kualitas aset maka bank bisa menurunkan pembentukan pencadangan. Itu artinya biaya kredit bisa ditekan sehingga menjadi bisa menambah laba ke bank. 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya, menargetkan biaya kredit 2,8%-3%. Sementara CoC tahun 2021 mencapai 3,42%. Artinya, target biayan dana tahun ini turun 0,42%-0,62%. 

Baca Juga: Bankir Menilai Kredit ke Sektor EBT Tetap Prospektif Tahun Ini

Jika dikalikan dengan total kredit BRI tahun lalu sebesar Rp 1.042,8 triliun, maka penurunan biaya kredit itu bisa membawa tambahan laba ke BRI tahun ini sekitar Rp 4,3 triliun-Rp 6,2 triliun. 

BRI menargetkan menjaga NPL 2,8%-3% tahun ini, turun dari 3,08% pada 2021. Selain itu, bank ini juga akan berupaya mengendalikan biaya dana agar dapat strktur funding yang lebih baik. 

"Hingga akhir 2021, biaya dana BRI mencapai 2,05% atau turun dari 3,22% pada 2020. Ini merupakan yang terendah sepanjang sejarang BRI. Penurunan tersebut tak lepas dari digitalisasi," kata Aestika Oryza Gunarto kepada KONTAN, Selasa (22/3).

Tahun ini, BRI akan terus mendorong dana murah, meningkatkan transaksi dana murah, dan bermintra dengan pemerintah dalam penyalran bantuan sosial agar biaya dana bisa turun. 

Sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menargetkan menjaga biaya kredit 2%-2,5% tahun ini, turun dari 3,3% pada tahun 2021. Jika perseroan  bisa menjaga sampai batas atas saja, artinya akan ada penurunan biaya kredit 1%. 

"Dengan total kredit BNI sekitar Rp 600 triliun maka penurunan 1% CoC ini akan menghasilkan tambahan laba sekitar Rp 6 triliun,"  jelas Vice President Investor Relations BNI Yudha Pradipta. 

Oleh karena itu, kata Yudha, memperbaiki kualitas aset sangat penting sekali bank untuk mendorong peningkatan laba ke depan. Sehingga BNI tidak lagi terbebani dengan pembentukan pencadangan yang sangat besar seperti dua tahun terakhir. 

BNI memperkirakan NPL akan melandai tahun ini. Untuk memperbaiki kualitas aset, BNI akan fokus melakukan ekspansi di segmen atau sektor yang berisiko rendah dengan mengakuisisi debitur berkualitas tinggi dan top tier. Hingga 2025, BNI menargetkan NPL ada di bawah 1,5%.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan menurunkan  CoC di level 1,06% dari  1,35% pada 2021. Dengan jumlah kredit BTN Rp 274,8 triliun, perseroan bisa menambah laba sekitar Rp 797 miliar tahun hanya dari efisiensi biaya kredit. 

Baca Juga: Perkuat Modal, Bank Neo Commerce Terbitkan 5 Miliar Saham Baru Lewat Rights Issue

Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Remedial & Wholesale Risk Bank BTN mengatakan, penurunan itu akan lebih ditunjang oleh perbaikan kualitas kredit tahun ini.

Tahun lalu, rasio biaya kredit BTN meningkat ke 1,3% dari 0,88% tahun sebelumnya. Namun, Novie menekankan kenaikan itu bukan karena kualitas kredit memburuk. NPL perseroan justru melandai dari 4,37% ke 3,7%. 

"Kenaikan CoC tahun 2021 lebih karena upaya bank untuk memperkuat fundamental dengan meningkatkan coverage CKPN. Tahun lalu,  coverage bank mencapai 141.82% meningkat signifikan dibandingkan 2020 yang tercatat 115.02%," kata Novie, Senin (21/2).

Jumlah NPL BTN tahun 2021 mencapai Rp 10,18 triliun, sedangkan biaya provisi yang dianggarkan mencapai Rp 14,4 triliun. Tahun sebelumnya, biaya provisi mencapai Rp 13,35 triliun dengan NPL Rp 10,64 triliun.

PT Bank Mandiri menargetkan biaya kredit terus melandai. Tahun ini ditargetkan dibawah 2%, turun dari 2,05% pada 2021. CoC diperkirakan terjaga karena performa kredit restrukturisasi Covid-19 relatif sejalan dengan ekspektasi perseroan dan level pencadangan NPL yang cukup ample. 

"Selain itu, terjaganya biaya kredit sejalan dengan kondisi makro ekonomi yang semakin membaik," tulis managemen Bank Mandiri dalam materi paparan analis meeting. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×