Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah meminta semua bank untuk menyalurkan kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) minimal 20% dari total kredit.
Ketentuan ini membuat bank asing seakan kesulitan mencapainya. BI menilai, bila mereka ingin memenuhi ketentuan, solusinya adalah, bank asing harus menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Untuk masuk ke mikro itu menarik. Butuh SDM yang memahami. Kalau bank asing mau masuk ke UKM, apakah mereka sudah memiliki sumber daya yang memahami kredit kecil?," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A. Johansyah, Rabu, (19/6).
Ia bilang, bank-bank yang memiliki bisnis mikro justru menyenangkan, karena memiliki suku bunga tinggi. Selama perbankan bisa menekan biaya overhead, ini tentunya akan menguntungkan. Hanya saja, penyaluran kredit mikro ini masih didominasi oleh perbankan lokal.
Difi memberi contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memiliki kontributor profit terbesar dari kredit mikro. Selain itu, PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) juga mumpuni dalam penyaluran kredit mikro.
Menurutnya, persaingan kredit korporasi sudah cenderung jenuh. Maka dari itu, perbankan termasuk bank asing pun perlu masuk ke segmen UMKM. Bila di tahun 2018 ketentuan kredit UMKM minimum 20% ini tak terpenuhi oleh bank, mau tak mau BI akan memberi sanksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News