kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Ini Kata AFPI Soal LKM Dianggap Kalah Populer Dibanding Fintech Lending


Rabu, 11 September 2024 / 19:30 WIB
Ini Kata AFPI Soal LKM Dianggap Kalah Populer Dibanding Fintech Lending
ILUSTRASI. Bisnis fintech peer to peer (P2P) lending. AFPI merespons pandangan pengamat terkait banyaknya Lembaga Keuangan Mikro yang berguguran


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) merespons pandangan pengamat terkait banyaknya Lembaga Keuangan Mikro yang berguguran karena kalah populer dibandingkan fintech peer to peer (P2P) lending.

Kepala Humas AFPI Kuseryansyah berpendapat sebenarnya fintech lending itu bukan mengalahkan LKM. Dia mengatakan memang secara segmen yang disasar juga berbeda. Sebab, dia bilang fintech lending itu pendekatannya menggunakan teknologi dan segmennya pasti banyak anak muda.

"Kalau lembaga keuangan mikro, basisnya region atau wilayah dan masyarakat harus datang ke kantor. Jadi, sebenarnya bukan mengalahkan, tetapi karakter bisnis fintech itu reach out-nya borderless dan contact less," ujarnya saat ditemui di Gedung Kemenkominfo, Rabu (11/9).

Dengan demikian, Kuseryansyah menyebut pasarnya juga lebih besar fintech lending karena melihat dari perbedaan segmen yang disasar tersebut.

Baca Juga: Banyak yang Berguguran, LKM Dianggap Kalah Populer dengan Fintech Lending

Sebelumnya, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan salah satu faktor banyak LKM berguguran karena kemungkinan besar adanya keengganan meminjam di LKM. Sebab, masyarakat lebih memilih pinjaman daring (fintech lending). 

"Ya, pinjaman daring lebih gampang dibandingkan dengan pinjaman LKM. Hal itu dibuktikan juga pinjaman daring yang masih tumbuh positif tinggi, sedangkan LKM menurun," ucapnya.

Oleh karena itu, Nailul menekankan pentingnya bagi para LKM untuk adaptif dengan teknologi dan juga perlu mengembangkan usahanya dengan menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Dia juga menyebut LKM baik koperasi maupun PT harus memperbaiki manajemen agar bisa lebih efisien.

Selain itu, Nailul mengatakan fenomena mulai gugurnya LKM sebenarnya sudah terlihat dari kinerja industri secara keseluruhan.

"Pertama, jika dilihat dari data LKM, terjadi kerugian pada April 2024, sebelumnya pada Desember 2023 mencatatkan keuntungan positif untuk LKM koperasi," ungkapnya.

Lebih lanjut, Nailul beranggapan LKM secara kesehatan perusahaan juga buruk ditandai dengan likuiditas yang memburuk. Jadi, dia bilang memang bisnis LKM kondisinya sedang memburuk.

Adapun OJK mencatat LKM berhasil menyalurkan pinjaman pada April 2024 sebesar Rp 1,02 triliun, sedangkan Desember 2023 sebesar Rp 1,01 triliun.

Sebagai informasi, OJK telah mencabut izin usaha 4 LKM sepanjang tahun ini. Adapun 4 LKM tersebut, yakni Koperasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah Anggrek (Koperasi LKMS Anggrek), Koperasi Lembaga Keuangan Mikro Pundi Mataram Pati (Koperasi LKM Pundi Mataram Pati), Koperasi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Mugi Rahayu, dan Koperasi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Mekar Jaya. 

Baca Juga: OJK Tengah Susun RPOJK tentang Pengembangan dan Penguatan Lembaga Keuangan Mikro

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×