Reporter: Ferry Saputra | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran fintech lending ke produktif pada Agustus 2024 sebesar Rp 7,99 triliun.
Porsinya menurun jadi 29,14% pada Agustus 2024, dibandingkan Juli 2024 sebesar 34,22% dan Agustus 2023 yang porsinya sebesar 39,05%.
Menanggapi hal itu, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, penurunan penyaluran ke produktif terjadi seiring dengan meningkatnya risiko gagal bayar di borrower berbadan usaha atau UMKM.
Baca Juga: Dorong Kinerja, Modalku Bakal Fokus Salurkan Pembiayaan ke Sejumlah Sektor Ini
"Platform yang bergerak di bidang usaha produktif mengalami kondisi tidak begitu baik sejak beberapa waktu belakangan. Mulai dari yang bergerak di bidang pertanian hingga ke sektor produktif lainnya bertumbangan," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/10).
Sebaliknya, Nailul bilang risiko untuk borrower individual bisa lebih di-manage dengan baik melalui sistem credit scoring yang mengalami perbaikan meskipun belum optimal.
Selain itu, Nailul beranggapan faktor daya beli yang menurun juga mengikis kemampuan bayar dari pelaku usaha, termasuk pelaku UMKM yang meminjam ke fintech P2P lending.
Baca Juga: Penyaluran Pinjaman Meningkat di Kuartal III, Akseleran Fokus pada Sektor Produktif
Dia menyebut UMKM yang terkena imbas sepinya penjualan juga pasti kemampuan bayarnya menjadi berkurang.
"Oleh karena itu, lender tidak ingin ambil risiko untuk mendanai borrower dengan profil badan hukum atau sektor produktif. Secara bentuk pasar, lender mempunyai kemampuan untuk memilih borrower yang menurut mereka mampu membayar angsuran," kata Nailul.
Selanjutnya: Harga Minyak Dunia Turun Rabu (23/10), Brent ke US$74,90 dan WTI ke US$70,64
Menarik Dibaca: Daerah Berikut Hujan Ringan, Cek Cuaca Besok (24/10) di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News