kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Lima Tren Akselerasi Digitalisasi yang Perlu Diperhatikan di Tahun 2022


Rabu, 16 Maret 2022 / 16:21 WIB
Ini Lima Tren Akselerasi Digitalisasi yang Perlu Diperhatikan di Tahun 2022
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi turut mempercepat penerimaan digitalisasi dari segala aspek kehidupan masyarakat. 

Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Dudi Dermawan Saputra menyatakan terdapat lima tren akselerasi digital yang perlu diperhatikan di 2022. 

“Pertama, perluasan jangkauan konsumen ke luar kota besar. Pandemi Covid-19 telah mengubah pola perilaku masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi, baik di sisi konsumen maupun merchant, ujarnya dalam keterangan tertulis pada Rabu (16/3). 

Menurutnya, sejauh ini, UMKM masih memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia, dimana UMKM menyumbang 61% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. 

Tercatat, terjadi kenaikan jumlah konsumen digital hingga 21 juta selama pandemi. Menariknya, 72% dari konsumen baru ini berada di luar kota-kota besar. 

Baca Juga: Tren Digitalisasi, Bank Mandiri Siap Kembangkan Potensi Metaverse

Oleh karena itu, penting bagi pelaku usaha masa kini untuk memperluas jangkauan ke daerah-daerah non-urban, terlebih karena Indonesia memiliki wilayah geografis yang luas dengan karakter konsumen yang beragam. 

Perluasan ini bisa dilakukan lebih mudah melalui kanal-kanal penjualan online yang kini banyak tersedia.

Kedua, transformasi digital menjadi kunci untuk bertahan. Di tengah banyaknya tantangan yang disebabkan pandemi, transformasi digital menjadi kunci untuk bisa mempertahankan dan mengembangkan usaha lebih jauh. 

Menurut riset Google, Temasek & Bain Company tahun 2021, mayoritas pelaku UMKM telah melakukan transformasi digital, misalnya dengan menjalankan digital marketing (69%), sistem operasi digital (49%), pembuatan situs website (45%), penyimpanan cloud (44%), analisis digital (43%), dan penggunaan perangkat lunak kolaborasi (38%).

Selain itu, tercatat bahwa hampir semua (98%) merchant digital telah menerima pembayaran digital dari para pembeli. Ini berarti, untuk bisa semakin memajukan usahanya, para pelaku UMKM perlu untuk membekali usaha dengan pembayaran digital yang komprehensif, aman, dan praktis digunakan.

Ketiga, Peningkatan akselerasi pembayaran digital.  Menurut data Bank Indonesia, transformasi digital perbankan, pembentukan ekosistem Ekonomi Keuangan Digital (EKD), dan pesatnya inovasi diperkirakan akan terus mendorong akselerasi pembayaran digital. 

Pada 2022, penggunaan sistem perbankan digital (digital banking) diperkirakan meningkat menjadi Rp 48.600 triliun dari Rp 40.000 triliun pada tahun 2021. 

Sementara itu, penggunaan uang elektronik berpotensi naik hingga Rp 337 triliun dari Rp 289 triliun tahun lalu. Industri e-commerce juga diperkirakan mencatatkan peningkatan 7,5%, year-on-year, menjadi Rp530 triliun tahun ini. 

Keempat, QRIS adalah metode pembayaran unggulan bagi UMKM. Lantaran pada 2022, kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia berupaya untuk mempercepat integrasi ekosistem ekonomi dan keuangan digital, terutama dengan metode pembayaran non-tunai. Salah satu cara utamanya adalah dengan meningkatkan adopsi QR untuk semua pelaku bisnis.

“QRIS menjadi metode pembayaran nirsentuh yang memberikan banyak keuntungan bagi UMKM, karena bisa digunakan di toko offline, e-commerce, dan jual-beli melalui media sosial. Selain itu, QRIS juga bisa dicetak di pos, lanyard, struk, mesin EDC, dan sebagainya. Diproses secara digital, pelaku usaha tidak perlu repot mencari kembalian, terhindar dari uang palsu, lebih higienis dan tanpa kontak fisik, dan dana pun bisa langsung masuk ke akun dengan semuanya tercatat secara rapi di sistem,” ungkap Dudi Darmawan.

Baca Juga: Alibaba Cloud Dinobatkan Sebagai Pemimpin Platform Kontainer Cloud Publik

Kelima, inovasi dan kolaborasi adalah sebuah keharusan untuk beradaptasi.Di era serba digital, pelaku UMKM harus memprioritaskan inovasi dan kolaborasi untuk bisa beradaptasi dengan baik di tengah situasi dinamis yang terus berubah.

Untuk beradaptasi dengan tren yang dinamis dan selalu berubah, saat ini banyak pelaku usaha dan lembaga pemerintah yang menunjang ekosistem pendukung untuk UMKM di Indonesia. 
Kehadiran pihak-pihak ketiga ini bertujuan untuk membantu para UMKM agar bisa semakin cepat mengadopsi transformasi digital, baik dalam hal pembayaran, sistem operasional, hingga logistik.

“Sebagai startup unicorn pertama di bidang pembayaran digital, Xendit memiliki misi untuk menyediakan infrastruktur pembayaran canggih, yang dapat diakses oleh semua UMKM di Indonesia, bahkan tanpa perlu keahlian khusus di bidang IT ataupun keuangan. Kami terus berinovasi memberikan nilai tambah, misalnya dengan menghadirkan Aplikasi Xendit Bisnis, yang membantu UMKM menyediakan >20 metode pembayaran bagi para pembeli dan mengatur manajemen pesanan toko dengan serba otomatis,” tambah Tessa Wijaya, Co-Founder dan COO Xendit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×