Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Menjelang elektronifikasi jalan tol serta tengah didorongnya transaksi non tunai membuat bank habis-habisan gelontorkan anggaran.
Ambil contoh PT Bank Mandiri (persero) Tbk yang mengatakan dalam lima tahun terakhir sudah mengalokasikan anggaran belanja hingga Rp 1 triliun khusus untuk pengembangan digital banking.
Meski begitu, SVP Transaction and Retail Banking Bank Mandiri Thomas Wahyudi menyatakan khusus untuk uang elektronik perusahaan memang memiliki anggaran ekstra.
Pasalnya, sampai saat ini bank bersandi emiten BMRI masih mensubsidi anggaran pendistribusian penerbitan kartu uang elektronik.
"Khusus uang elektronik, ada sebagian di capital expenditure (capex) dan opex (operational expenditure)," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (19/9).
Gambaran saja, saat ini Bank Mandiri sudah menerbitkan 10 juta kartu e-money. Perseroan menggelontorkan biaya sekitar Rp 30.000 untuk satu kartu uang elektronik. Biaya tersebut terbagi menjadi Rp 20.000 untuk kartu, dan sisanya biaya pemasaran atau sales.
Memakai asumsi tersebut, artinya Bank Mandiri telah mengeluarkan biaya Rp 300 miliar untuk menerbitkan 10 juta kartu. Biaya tersebut belum termasuk pengadaan perangkat keras (hardware).
Nah, dari total 10 juta kartu tersebut, Thomas mengatakan hanya 25% yang aktif transaksi. Sementara sisanya berupa kartu tidur (pasif).
"Memang kami masih subsidi, satu kartu harga jual Rp 20.000, sisanya untuk sales dan distribusi, paling mahal dari kartu," kata Thomas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News