kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mandiri: Wajar jika uang elektronik dikenakan fee


Minggu, 17 September 2017 / 18:38 WIB
Mandiri: Wajar jika uang elektronik dikenakan fee


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Menyusul rencana Bank Indonesia (BI) untuk menerbitkan aturan terkait fee top up uang elektronik, sejumlah bankir yang dihubungi KONTAN menyebut masih akan menunggu keputusan regulator.

PT Bank Mandiri (persero) Tbk misalnya sebagai salah satu issuer, sekaligus penguasa pasar uang elektronik di Indonesia menilai, wacana pengenaan biaya isi ulang uang elektronik sebenarnya sudah jadi pembicaraan lama.

Kendati belum dapat berkomentar banyak, SVP Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi memang jika dilihat secara umum sampai saat ini bank belum mendapatkan keuntungan dari pengadaan uang elektronik.

"Kami akan tunggu ketentuan atau peraturan tersebut," singkatnya kepada KONTAN, Minggu (17/9). Sebelumnya, saat ditemui di Jakarta pekan lalu, Thomas mengatakan bahwa bank sebenarnya menggelontorkan biaya cukup besar untuk mendorong uang elektronik.

Setidaknya untuk bank berlogo pita emas ini, pihaknya sudah mengeluarkan belanja modal untuk uang elektronik hampir 9 tahun sejak 2008. Uang ini antara lain biaya terkait pengadaan kartu, kebutuhan top up seperti mesin EDC, ATM dan reader.

Belum lagi, bank bersandi saham BMRI ini sudah memiliki teknologi top up e-money (uang elektronik Mandiri) via online, maupun mobile banking yang dilengkapi dengan fitur Near Field Communication (NFC).

"Kue untuk uang elektronik itu sangat besar, sudah sejak 2008 kami kembangkan, tetap saja masih besar potensinya," ujarnya. Lebih lanjut, Bank Mandiri mengatakan lebih ingin fokus untuk meningkatkan pelayanan masyarakat untuk mendorong e-money. Hal tersebut dilakukan lantaran pemerintah akan mewajibkan penggunaan uang elektronik sebagai sarana pembayaran tol pada bulan Oktober 2017 mendatang.

"Perbankan dalam hal ini harus meningkatkan kualitas infrastruktur, agar masyarakat lebih mudah mendapatkan, mengisi ulang dan transaksi uang elektornik," kata Thomas. Wajar saja, pasalnya Bank Mandiri mematok mampu menerbitkan 13 juta e-money di akhir 2017 mendatang. Adapun, sampai dengan bulan Agustus 2017, perseroan telah mencetak sekitar 10 juta uang elektronik.

Tidak tanggung-tanggung, bank pelat merah ini sudah menggandeng beragam pihak guna mencapai target tersebut. Antara lain Indomaret, Alfamart, Family Mart, Transjakarta. Serta pengadaan infrastruktur di kantor cabang, 12 gardu tol se-Jabodetabek dan vending machine e-money. "Bank melakukan banyak investasi dan kerjasama dengan mitra serta perlu menerapkan fee isi ulang kepada customer, agar (bank) bisa tetap meningkatkan kualitas penyediaan uang elektronik," ungkap Thomas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×