kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,58   -6,78   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi bank BUKU III untuk memacu kinerja hingga akhir tahun


Selasa, 19 November 2019 / 17:40 WIB
Ini strategi bank BUKU III untuk memacu kinerja hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Layanan nasabah di Bank Permata, Jakarta, Jumat (12/9). Sejumlah bank BUKU III yakin bisa mencatat pertumbuhan kinerja sampai akhir 2019 meski laju penyaluran kredit masih melambat. KONTAN/Baihaki/12/9/2014


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank kategori BUKU III optimis bisa mencatatkan pertumbuhan kinerja sampai akhir tahun meskipun laju penyaluran kredit masih melambat. Untuk memacu kinerja, bank berupaya untuk mendorong pertumbuhan pendapatan non bunga dan mendorong segmen kredit yang masih tumbuh dengan baik.

PT Bank OCBC NISP Tbk misalnya berhasil mengantongi laba bersih Rp 2,2 triliun hingga kuartal III 2019, tumbuh 9% secara year on year (YoY). Namun, pertumbuhan ini hanya ditopang oleh kenaikan pendapatan operasional lainnya 47,4% menjadi Rp 1,43 triliun. Sedangkan pendapatan bunga bersih perseroan tercatat stagnan Rp 4,7 triliun.

Baca Juga: Perusahaan pembiayaan sudah terbitkan surat utang Rp 47,84 triliun per Oktober 2019

Melonjaknya pendapatan operasional lainnya terutama disebabkan oleh melonjaknya keuntungan dari penjualan instrumen keuangan dan kenaikan laba selisih kurs. Net Interst Income (NII) OCBC stagnan sejalan dengan penyaluran kredit yang juga stabil Rp 119,9 triliun.

Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC mengatakan, pertumbuhan kredit tahun ini memang jauh dari perkiraan awal perseroan di awal tahun. Menurutnya, sampai akhir tahun sudah hampir dapat dipastikan bahwa kredit Bank OCBC hanya akan tumbuh single digit.

Namun, OBCB melihat segmen ritel dan UKM saat ini masih tumbuh. Maka untuk menumbuhkan kinerja, perseroan akan meningkatkan berbagai ragam dan kemudahan layanan terutama di segmen ritel.

"Peningkatan layanan antara lain dilakukan dengan terus melengkapi jasa yg bisa dinikmati melalui ONE Mobile kami," kata Parwati pada Kontan.co.id, Selasa (19/11).

Selain itu, OCBC juga akan mengoptimalkan inisiatif digital untuk menghadirkan layanan perbankan yang lebih mudah, nyaman, dan simple bagi nasabah memberikan dampak positif pada pertumbuhan DPK dan pendapatan non bunga. Pada kuartal III, DPK perseroan masih tercatat tumbuh 11% jadi Rp 132 triliun.

Baca Juga: Sejumlah ekonomi prediksi BI tahan suku bunga acuan, ini alasannya

Sementara PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) akan fokus menggenjot pendapatan berbasis fee atau fee based income (FBI) dalam mengejar pertumbuhan bisnis ke depan. Hal ini dilakukan sebagai strategi dalam mengimbangi tren penurunan margin bunga bersih.

Fee based income tersebut akan dipacu lewat empat produk unggulan yakni Flexy Bill, Flexi Gas, Flexy Health, dan invoice financing. Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Eko Rachmansyah Gindo meyakini keempat produk akan menjadi solusi yang sangat dibutuhkan pasar mengingat produknya dirancang sesuai kebutuhan nasabah dan tidak dimiliki oleh pelaku jasa keuangan lain.

Flexy Bill merupakan produk financing Bank Bukopin dengan skema fasilitas talangan yang diberikan Bank Bukopin kepada para pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk pembayaran tagihan listrik kepada PLN. Dengan produk ini, perusahaan bisa menunda pembayaran listrik ke PLN sampai enam bulan tanpa dikenakan pinalti sehingga memiliki keleluasaan untuk melakukan penambahan modal kerja.

Flexy Gas merupakan produk untuk menalangi pembayaran tagihan gas sejumlah industri dan skemanya mirip dengan Flexy Bill. Flexy Health adalah dana talangan untuk pembayaran tagihan rumah sakit terhadap BPJS Kesehatan, sedangkan invoice financing adalah pembiayaan kepada para pelaku usaha jasa konstruksi.

"Produk Flexi ini adalah sebagai strategi untuk membiayai modal kerja. Ini kami unggulkan karena bisa dipastikan zero NPL, tidak seperti kredit modal kerja biasa yang kemungkinan kredit macetnya lebih tinggi. Dari produk ini kami dapat fee based income," jelas Eko.

Pada kuartal III 2019, penyaluran kredit Bank Bukopin hanya tercatat Rp 66,57 triliun, turun 0,61% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp66,98 triliun. Sedangkan laba bersihnya tercatat masih tumbuh 9,8% menjadi Rp 151 miliar yang ditopang oleh kenaikan pendapatan operasional lainnya.

Baca Juga: Duh, 12 oknum Satpol PP DKI diduga terlibat pembobolan ATM

Adapun PT Bank Permata Tbk tetap akan berupaya mendorong pertumbuhan kredit sampai akhir tahun. Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah mengatakan, pihaknya tidak hanya akan fokus mengejar kredit di satu sektor saja.

"Kami tidak akan seperti dulu-dulu yang hanya fokus pada sektor tambang atau perkebunan misalnya. Kami akan tetap coba untuk tumbuh merata di korporasi, konsumer, komersial dan UMKM," katanya.

Ridha menambahkan, Bank Permata saat ini tengah mencoba menggali peluang pertumbuhan dari sektor industri, pertanian dan pendidikan. Menurut Kementerian keuangan, ketiganya menyumbang porsi 40% lebih terhadap GDP namun pertumbuhannya sangat lambat."Kita mau coba fokus mendorong tiga sektor ini," ujarnya.

Bank Permata mencatat penyaluran kredit tumbuh 1% pada kuartal III menjadi Rp 107,6 triliun. Namun, laba bersih bank ini melesat 121% jadi Rp 1,09 triliun terutama ditopang oleh menurunnya kerugian nilai aset keuangan perseroan seiring NPL yang membaik. Adapun pendapatan bunga bersihnya hanya tumbuh 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×