Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank besar berusaha menjaga manajemen risiko surat berharga valas. Hal ini agar sesuai dengan aturan regulator terkait terutama terkait dengan posisi devisa neto atau selisih bersih valas di balancesheet.
Batara Sianturi, CEO Citibank Indonesia mengatakan saat ini rasio surat berharga valas bank adalah 20% dari total surat berharga. “Kami memperkirakan secara presentase tak akan banyak berubah pada tahun depan,” kata Batara kepada kontan.co.id, Rabu (26/12).
Dari sisi manajemen risiko, posisi surat berharga valas di Citibank Indonesia didanai dari sumber valas sehingga fluktuasi rupiah tidak terlalu pengaruh. Dibandingkan tahun lalu, penempatan surat berharga valas di Citibank Indonesia tahun ini relatif flat.
Darmawan Junaidi Direktur Tresuri Bank Mandiri mengatakan Bank Mandiri mengelola posisi devisa neto sangat konservatif. “Saat ini porsi penempatan dana bank di surat berharga valas 20% dari total surat berharga,” kata Darmawan kepada kontan.co.id, Rabu (26/12).
Rico Rizal Budidarmo, Direktur Treasury BNI mengatakan porsi surat berharga valas saat ini adalah 35% dari total surat berharga yang dimiliki BNI. “Untuk mitigasi risiko fluktuasi mata uang surat berharga valas ini didanai oleh DPK valas,” kata Rico.
Pembelian surat berharga juga dilakukan dengan mempertimbangkan pertumbuhan DPK valas, rencana ekspansi kredit valas dan kondisi pasar khususnya risiko suku bunga dan nilai tukar.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan saat ini BCA memprioritaskan menempatkan dana valas di kredit. “Jika ada lebih maka baru akan ditempatkan di surat berharga valas,” kata Jahja kepada kontan.co.id, Rabu (26/12).
Menurut Jahja saat ini mayoritas surat berharga valas BCA adalah surat berharga pemerintah.
Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada mengatakan bank tidak menempatkan valas ke surat berharga tapi ke Bank Indonesia.
“Sepanjang posisi devisa neto square maka risiko kurs adalah minim jadi bank akan selalu menjaga ini sebagai manajemen risiko,” kata Haryono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News