Reporter: Ferrika Sari | Editor: Handoyo .
Penguasa pasar di Asia
IFG sendiri juga berambisi menjadi penguasa pasar keuangan non-bank di Asia dengan valuasi senilai Rp 120 triliun pada tahun 2024. Berbagai strategi telah dipersiapkan perusahaan untuk mewujudkan ambisi itu.
Berdasarkan paparan IFG di Komisi XI DPR, 17 November 2020 lalu, manajemen menyebut, ada tiga fokus perusahaan. Pertama, memperkuat posisi pasar dengan mengembangkan bisnis baru seperti bisnis ritel, mendirikan IFG Life, akuisisi pemain asuransi jiwa, perusahaan aset manajemen dan platform online. Lalu memperkuat bisnis eksisting melalui key account management dan sinergi produk.
Kedua, meningkatkan kinerja keuangan dengan efisiensi melalui optimalisasi atau sharing infrastruktur, layanan bersama dan disiplin harga (pricing discipline). Kemudian mengembangkan bisnis baru seperti mempersiapkan operasional holding. "Kita memperkuat konsolidasi dan sinergi agar lebih efisiensi dengan dengan melakukan cross selling dan menyasar market baru," lanjut Patro.
Ketiga, meningkatkan kesehatan perusahaan dengan mengeluarkan kebijakan investasi, manajemen investasi serta penerapan manajemen risiko. Terakhir, mengenalkan merek perusahaan atau branding.
Guna merealisasikan ambisi itu, perusahaan menyiapkan tiga skema peta jalan. Pada tahun 2020, selama enam bulan perusahaan akan memperkuat pondasi untuk menyelesaikan pembentukan holding serta manajemen risiko demi memastikan kegiatan operasional berjalan prudent.
Selanjutnya, menyelaraskan area fokus pengoperasian perusahaan (OpCo), termasuk penetapan aturan pelibatan (rule of engagements). Kemudian finalisasi strategi produk dan desain ekosistem khususnya untuk asuransi kendaraan bermotor dan properti. Lalu pelaksanaan layanan bersama antara anggota holding dan dilanjutkan pendirian IFG Life.
Sepanjang tahun 2021, IFG akan memulai implementasi pembangunan dan infrastruktur TI gabungan, menyelesaikan implementasi strategi OpCo, pembuatan keputusan dan potensi pelaksanaan kegiatan anorganik.
Hal ini dibarengi penyusunan strategi produk, misalnya saja, inisiasi kemitraan dengan ekosistem, pengenalan terhadap produk asuransi jiwa dan lainnya. Kemudian memulai pemindahan aset perusahaan asuransi jiwa.
Sementara pada 2022 dan tahun berikutnya, perusahaan berencana menyelesaikan pembangunan infrastruktur TI, pengintegrasian pasca - merger perusahaan - perusahaan yang diakuisisi. Lalu penyusunan proposisi produk pada portofolio sepenuhnya.
Guna memastikan target berjalan mulus, perusahaan juga sudah menyiapkan tiga skenario yaitu skenario optimistis, moderat dan pesimis. "Berdasarkan kondisi recovery Covid-19, apakah tahun depan pandemi sudah selesai atau belum tapi kami paling optimistis bahwa pada 2024 perusahaan akan raih profit," ungkapnya.
Pada skenario optimistis, perusahaan melihat situasi ekonomi akan pulih mulai semester I 2021 sehingga bisnis bisa berjalan dan mencatatkan laba bersih konsolidasi setelah pajak Rp 8,41 triliun pada 2024. Pada skenario moderat, diperkirakan pemulihan ekonomi pasca Covid-19 pada 2021 cenderung melambat. Atas hal itu, perusahaan memproyeksi laba bersih konsolidasi setelah pajak mencapai Rp 7,78 triliun.
Sedangkan skenario pesimistis diperkirakan kinerja perusahaan akan stagnan pada tahun 2021 dan berangsur membaik pada 2020. Diproyeksikan pada 2024 IFG akan catatkan laba bersih konsolidasi setelah pajak sebesar Rp 6,36 triliun.
Selanjutnya: Jadi induk holding BUMN asuransi, IFG punya aset Rp 76,2 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News