kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi naik, pembiayaan modal kerja multifinance melambat


Senin, 24 September 2018 / 19:54 WIB
Investasi naik, pembiayaan modal kerja multifinance melambat
ILUSTRASI. BCA Finance


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi pertumbuhan modal kerja multifinance cenderung melambat di tahun 2018, karena nasabah lebih tertarik memilih pembiayaan investasi. Dengan kondisi tersebut, penambahan pendanaan dari perbankan bisa menstimulus pembiayaan modal kerja di tahun ini.

Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengatakan pembiayaan modal kerja cenderung melambat dari tahun 2016 ke 2018. OJK mencatat, hingga Juli 2018, pembiayaan modal kerja industri multifinance mencapai Rp 23,68 triliun, atau minus 0,46% secara tahunan. Sedangkan pembiayaan investasi sebesar Rp 127,54 triliun, naik 14,45% year on year (yoy) dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp 111,44 triliun.

“Melihat perkembangan dari tahun 2016 hingga 2018, menunjukkan pembiayaan investasi terus meningkat, sedangkan pembiayaan modal kerja menurun. Karena kondisi ekonomi yang semakin bagus sehingga kebutuhan nasabah bukan lagi pemenuhan modal kerja tapi investasi jangka panjang,” kata Suwandi kepada Kontan.co.id, Senin (24/9).

Ia mencontohkan, di tahun 2016 banyak nasabah membutuhkan modal kerja untuk merintis usaha. Namun, beberapa tahun kemudian mereka sudah mapan secara ekonomi kemudian memilih menginvestasikan hasil usahanya.

Dengan kondisi tersebut, salah satu solusi untuk mengerek pembiayaan modal kerja adalah menambah pendanaan dari perbankan. Tapi sayangnya, perbankan mulai berhati-hati memberikan pendanaan kepada perusahaan multifinance, karena masalah kredit bermasalah (NPL).

“Kami lagi membuat strategi untuk meyakinkan perbankan agar bisa kasih pinjaman kepada multifinance. Untuk membuat bank berani memberikan pendanaan bukan relaksasi peraturan pemberian dana segar, tapi bank seharusnya bisa memilih orang yang tepat dan bagus sebagai debitur,” jelasnya.

Merujuk Peraturan OJK Nomor 29/05/2014, bahwa OJK mengelompokan pembiayaan ke dalam beberapa sektor yaitu pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, pembiayaan multiguna atau pembiayaan lain yang disetujui oleh OJK.

Meski pembiayaan modal kerja cenderung melambat, tapi PT BFI Finance Indonesia tetap menorehkan pertumbuhan pembiayaan modal kerja di angka dua digit. Direktur BFI Finance Sudjono mengatakan, sampai dengan Juni 2018, perusahaan sukses menyalurkan pembiayaan modal kerja sebesar Rp 2,06 triliun, atau naik 10,6% dibandingkan tahun lalu.

“Adanya pertumbuhan permintaan pembiayaan dari konsumen mempengaruhi kenaikan. Sementara penambahan cabang baru dan digitalisasi pembiayaan berpengaruh walaupun tidak signifikan,” kata dia.

Adapun pembiayaan modal kerja BFI Finance, masih didominasi oleh tiga sektor, yaitu perdagangan dan distribusi Rp 603,06 miliar, selanjutnya sektor jasa Rp 354,08 miliar, kemudian industri manufaktur sebesar Rp 232,93 miliar.

Sementara itu, pembiayaan PT Indosurya Inti Finance masih didomasi sektor produktif, khususnya Kredit Modal Kerja (KMK). Pembiayaan produktif ini mencakup pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja.

Managing Director Indosurya Finance Mulyadi Tjung menyebut sekitar 95% sektor produktif dari total oustanding Rp 3,6 triliun di pertengahan September 2018.

“Kita seluruhnya di sektor produktif atau paling banyak pemberian kredit di usaha perdangangan atau tepatnya Usaha Kecil dan Menengah,” ungkapnya.

Sampai dengan Agustus 2018, Indosurya Finance mencatat pembiayaan investasi 63,4%, modal kerja 17,3%, multiguna 15,1% dan syariah 4,1%. Melalui porsi tersebut, perusahaan mengharapkan pembiayaan baru sekitar Rp 2,5 triliun di sisa tahun 2018, dengan komposisi pembiayaan yang sama.

Roni Haslim Direktur Utama PT BCA Finance menyebut pembiayaan di sektor produktif hampir mendekati angka 10% dari total pembiayaan baru per Juli 2018 yaitu sekitar Rp 20,4 triliun. Ia mencontohkan pembiayaan baru ini, meliputi pembiayaan mobil dengan tujuan penggunaan untuk penunjang usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×