Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kondisi pasar modal yang melambat kelihatannya menyeret kinerja keuangan Allianz Indonesia. Dari sisi perolehan hasil investasi, misalnya, baik Allianz Life Indonesia yang menggarap bisnis asuransi jiwa maupun Allianz Utama Indonesia yang bergerak di bisnis asuransi umum membukukan pertumbuhan negatif di semester pertama tahun ini.
Tak heran, dana kelolaan Allianz pun buru-buru berpindah parkir. Portofolio instrumen saham turun dari 24% menjadi 20%. Sementara, obligasi korporasi dari sebelumnya 5% dipertebal menjadi 6%, reksadana dari 40% menjadi 43%, dan sisanya mengalir di keranjang instrumen pendapatan tetap.
Hasil investasi asuransi jiwa turun 36% dari Rp 682 miliar di semester pertama tahun lalu menjadi Rp 438 miliar pada periode yang sama 2011. "Ini sebagai konsekuensi dari melambatnya iklim investasi di pasar modal," ujar Direktur Utama Allianz Life Indonesia Joachim Wessling, Rabu (14/9).
Alhasil, imbasnya memangkas laba sebelum pajak Allianz menjadi Rp 205 miliar, turun tipis 5% dibandingkan semester pertama tahun lalu yang sebesar Rp 217 miliar. Namun demikian, kondisi ini dianggap wajar mengingat iklim investasi memang tak secerah tahun lalu.
Di lini usaha asuransi umum, hasil investasinya malah melorot lebih tajam sebanyak 67% menjadi hanya Rp 12 miliar. Tetapi perlu diketahui, penurunan tidak hanya diakibatkan iklim investasi yang melemah, melainkan juga karena investasi periode yang sama tahun lalu terbantu nilai buku transaksi obligasi.
Seperti disampaikan, Direktur Utama Allianz Utama Indonesia Don Nguyen, setengah dari hasil investasi semester pertama tahun lalu yang senilai Rp 37 miliar berasal dari transaksi obligasi. "Di samping itu, suku bunga Bank Indonesia juga mempengaruhi transaksi obligasi di awal tahun," terang dia.
Don Nguyen mengungkapkan, laba Allianz Utama Indonesia pun ikut terseret menjadi sekitar Rp 7 miliar pada semester pertama tahun ini. Laba Allianz Utama ini berarti anjlok 76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berkisar Rp 30 miliar.
Kendati hasil investasi dan laba Allianz Indonesia menurun, bisnis masih lancar. Dari sisi aset, Allianz mencatat kekayaan gabungan Rp 13,6 triliun, naik 32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Pendapatan premi bruto gabungan asuransi jiwa dan umum semester pertama naik 32% menjadi Rp 3,2 triliun.
Lini asuransi jiwa masih mendominasi pendapatan premi bruto Rp 2,87 triliun. Sisanya sekitar Rp 401 miliar berasal dari lini asuransi umum. Akhir 2011, Allianz optimistis mencetak total premi bruto gabungan minimal Rp 6 triliun. "Dengan unit usaha syariah yang berkembang pesat, kami optimistis pendapatan premi bruto gabungan melampaui target menjadi Rp 6,6 triliun hingga Rp 6,8 triliun," ujar Joachim.
Sementara itu, Chartis Insurance Indonesia membentuk dewan penasihat pengembangan bisnis untuk memudahkan operasional. Dewan penasihat ini akan memberi bimbingan direksi soal isu investasi, hubungan dengan regulator, termasuk pada nasabah dan mitra bisnis. "Sehingga bisa mendongkrak pertumbuhan bisnis yang per Juni lalu naik 10% dibanding Juni 2010," kata Presiden Direktur Chartis Indonesia Michael Blakeaway.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News