Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer-to-peer (P2P) lending PT Investree Radhika Jaya (Investree) mencatat peningkatan nilai total fasilitas pinjaman dan pinjaman tersalurkan kepada pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) per akhir tahun 2022.
Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, Investree mencatat angka fasilitas pinjaman kepada para pelaku UMKM sebesar Rp 20 triliun dengan angka pinjaman tersalurkan sebesar Rp 12,56 triliun per Desember tahun lalu.
“Data per Desember 2022, Investree mencatat angka fasilitas pinjaman kepada para pelaku UMKM atau borrower Investree Rp 20 triliun, dengan angka pinjaman tersalurkan Rp 12,56 triliun,” ujar Adrian kepada Kontan.co.id, Selasa (7/2).
Nilai total fasilitas pinjaman dan pinjaman tersalurkan tersebut meningkat dari Oktober 2022.
Baca Juga: Investree Optimistis Penjualan e-SBN Capai Target di Tahun 2023
Lalu, total borrower (peminjam) per Desember 2022 sebanyak 24.719 yang didominasi pengusaha UMKM dari ekosistem rekanan Investree seperti eFishery dan Gramindo.
Adapun pelaku UMKM tersebut datang dari general supplier yang bergerak dalam ekosistem pengadaan, kontraktor, dan industri kreatif seperti fashion, konsultan kreatif dan EO; agenci periklanan dan digital; content creator, streaming platform, dan rumah produksi.
Investree juga mencatat jumlah lender (pemberi pinjaman) per Desember 2022 adalah sebesar 27.737 yang terdiri dari individu dan institusi.
Sebelumnya, per Oktober 2022 tercatat total fasilitas pinjaman di Investree sebesar Rp 15,6 triliun, sedangkan total nilai pinjaman tersalurkan sebesar Rp 12,14 triliun.
Untuk target di tahun 2023, Adrian belum bisa memberitahu berapa angkanya.
“Untuk target angka, Investree tidak bisa memberitahukan. Namun, kami bisa memberikan sedikit gambaran terkait tujuan Investree pada 2023,” ujar Adrian.
Adapun rencana Investree di tahun ini, pertama, Investree ingin berfokus pada pendapatan perusahaan dan menumbuhkan basis borrower atau perluasan kerjasama dengan ekosistem digital dan terintegrasi demi menjangkau lebih banyak UMKM.
Kedua, berinovasi dalam produk dan layanan baru, terutama yang berfokus pada pinjaman usaha mikro.
Ketiga, memperkuat infrastruktur teknologi dan manajemen risiko dalam rangka peningkatan layanan dan pemeliharaan kualitas aset yang sehat di tiga negara tempat perkembangan bisnisnya, yaitu Indonesia, Thailand dan Filipina.
Baca Juga: Pendanaan Fintech Global Merosot 46,2% pada 2022, Bagaimana di Indonesia?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News