Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memang menjadi fokus penyaluran kredit perbankan sejak awal pandemi Covid-19. Komitmen tersebut pun dipastikan akan terus berlanjut sejalan dengan sederet stimulus dan relaksasi dari regulator dan pemerintah untuk UMKM.
Salah satunya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang menjadi penguasa pasar kredit UMKM di Tanah Air. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menjelaskan hingga akhir Februari 2021, pihaknya tetap berhasil mencatat pertumbuhan kredit sebesar 3,5% year on year (yoy) dengan penopang utama pertumbuhan berasal dari segmen UMKM yang mewakili lebih dari 80% kredit perusahaan.
Khususnya untuk kredit mikro yang diklaim perseroan masih tumbuh dua digit di awal tahun 2021. Pertumbuhan kredit UMKM menurut BRI masih akan berlanjut naik di kuartal I 2020 sesuai dengan target yang ditetapkan.
"Pendorongnya yakni kondisi ekonomi yang mulai menggeliat serta program vaksinasi yang telah berlangsung," ungkap Aestika kepada Kontan.co.id, Rabu (31/3).
Baca Juga: OJK mencermati kredit korporasi masih kontraksi 3,75% di awal tahun
Mengacu pada hal itu, BRI memproyeksikan kredit bisa tumbuh 6%-7% hingga akhir 2021. Adapun ke depan, fokus utama pertumbuhan kredit BRI akan menyasar segmen UMKM. Hal ini dikarenakan potensi pemberdayaan UMKM di Indonesia masih sangat jumbo.
Menurut catatan bank bersandi bursa BBRI ini terdapat 57 juta pelaku UMKM di Indonesia, dari jumlah itu sekitar 30 juta belum mendapat akses pendanaan formal.
"Strategi BRI untuk memberdayakan pelaku UMKM tersebut melalui digitalisasi," imbuhnya.
Serupa, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga bersiap injak gas pertumbuhan UMKM. Direkteur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal menjelaskan ada tiga strategi utama yang akan dilakukan perusahaan.
Pertama, fase mitigasi dampak pandemi bagi debitur UMKM lewat restrukturisasi kredit terhadap lebih dari 100.000 debitur. Kedua, BNI juga mendorong adaptasi digital bagi pelaku UMKM.
"Hal ini penting dilakukan karena bisnis berubah signifikan," ujarnya belum lama ini.
Kemudian, langkah terakhir adalah lewat pemulihan UMKM terdampak pandemi. Sejauh ini menurut Iqbal, BNI telah memberikan dukungan ke lebih dari 150.000 UMKM di seluruh Indonesia untuk memulihkan kondisi usaha mereka.
Tidak hanya itu, BNI juga telah memberikan bantuan subsidi bunga kepada mitra usaha terdampak Covid-19 senilai Rp 1,05 triliun kepada 305 ribu debitur. Kemudian, memberikan penjaminan kredit senilai Rp 3,03 triliun kepada 2.553 debitur.
Baca Juga: Dorong pertumbuhan kredit, ini sejumlah kebijakan OJK, BI hingga Kemenkeu
Hingga awal tahun 2021 ini kredit di segmen UMKM BNI sudah tumbuh positif, dengan total baki debet melebihi Rp 85 triliun atau naik 14% secara tahunan (year on year/yoy).
Porsi penyaluran kredit, masih didominasi Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang tumbuh lebih dari 33%. Adapun sepanjang tahun 2020, BNI menyalurkan KUR sebanyak Rp 22 triliun.
"Segmen UMKM ini porsinya lebih dari 15% dan untuk ini BNI siap terus mendukung UMKM menghadapi masa sulit," ungkapnya.
Tidak kalah dari bank besar, bank daerah seperti PT BPD Sumatera Utara (Bank Sumut) juga turut mendorong segmen UMKM. Meski tidak merinci besaran pertumbuhan, sampai dengan akhir Februari 2021 menurut Sekretaris Perusahaan Bank Sumut pihaknya sudah menyalurkan Rp 7,9 triliun kredit UMKM.
Sementara itu, hingga penghujung tahun 2021 pihaknya berencana menyalurkan kredit UMKM senilai Rp 9,1 triliun atau meningkat 7,9% dari realisasi di tahun 2020. "Untuk porsi kredit UMKM sebesar 36,4% dari portofolio kredit Bank Sumut," paparnya.
Strategi yang digagas perseroan adalah melalui skema jemput bola atau penetrasi langsung ke pasar-pasar tradisional serta beragam program strategis lainnya. Pun, untuk mewujudkan target di tahun ini Bank Sumut juga telah meminta kenaikan jatah dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ke Pemerintah.
Sekadar informasi saja, Bank Indonesia (BI) mencatat sampai dengan akhir Februari 2021 realisasi kredit UMKM masih terkontraksi sebesar -2,7% yoy menjadi Rp 1.010,3 triliun. Realisasi itu melanjutkan penurunan di bulan Januari 2021 yang sebesar -2,4%.
Baca Juga: Lima bank bersinergi dengan Esta Corporations salurkan kredit Rp 200 miliar ke UMKM
Namun, bila dirinci kontraksi tersebut disumbang oleh segmen mikro yang turun -23,6% yoy menjadi Rp 210 triliun. Sementara untuk segmen kecil dan menengah masih mencatat kenaikan masing-masing sebesar 4,3% dan 5,3% hingga dua bulan pertama tahun ini.
Selanjutnya: Aturan bank digital ditargetkan terbit semester I, begini perkembangannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News