kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

OJK mencermati kredit korporasi masih kontraksi 3,75% di awal tahun


Rabu, 31 Maret 2021 / 18:10 WIB
OJK mencermati kredit korporasi masih kontraksi 3,75% di awal tahun
ILUSTRASI. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati kinerja intermediasi perbankan mengalami kontraksi di awal tahun. OJK mencatat per Februari 2021 pertumbuhan kredit perbankan masih kontraksi sebesar 2,15% secara year on year (yoy) menjadi Rp 5.419,1 triliun.

Dewan Komisioner OJK  Wimboh Santoso menyatakan debitur-debitur perbankan belum siap menerima kucuran kredit karena beberapa industri belum beroperasi secara penuh seperti hotel, transportasi dan BUMN besar yang kreditnya di perbankan biasanya besar. Selain itu, korporasi tidak memerlukan modal kerja yang besar. 

“Untuk kredit UMKM secara year on year (yoy) masih terkontraksi 2,88%, namun mengalami perbaikan setelah mendapatkan berbagai stimulus dari OJK dan pemerintah. Sedangkan kredit korporasi turun 3,75% yoy,” ujar Wimboh secara virtual. 

Regulator telah memonitor 200 debitur besar sejak Maret 2020 hingga Februari 2021. Terdapat 116 debitur yang alami penurunan baki debet dengan rata-rata penurunan -17,5%. Sedangkan kelompok berdasarkan 10 debitur besar, penurunan terbesar, total penurunan baki debet sebesar Rp 107,2 triliun atau menurun 32%.

“Ini menunjukkan, kita harus mempercepat stimulus permintaan agar debitur besar yakni yang berhubungan dengan pariwisata, transportasi, automobil, dan ril estet. Ini perlu mendapat perhatian serius, sehingga ini bisa cepat untuk bangkit dalam antisipasi kenaikan permintaan yang kita stimulasi secara sinergi dengan pemerintah sejak awal 2021,” papar Wimboh. 

Baca Juga: Bankir Optimistis Kredit Konsumsi Akan Bertumbuh

Lebih lanjut, OJK mencatatkan pertumbuhan kredit masih ditopang oleh bank BUMN yang tumbuh 1,5% yang banyak menggarap segmen UMKM. Lalu bank pembangunan daerah (BPD) tumbuh  5,7% yang banyak menggarap kredit konsumer. 

“Ini yang tumbuh pertama kali, prosesnya memang demikian. Nanti ini akan bisa menstimulasi permintaan yang besar, sehingga kredit-kredit besar seperti hotel dan transportasi ikut di belakang,” tambah Wimboh. 

Lebih lanjut Wimboh menyatakan untuk bank umum swasta nasional dan bank campuran, justru kreditnya mengalami penurunan minus 5%. Lantaran bank kelompok ini memiliki segmen-segmen kredit yang berskala besar. Wimboh sebut untuk segmen UMKM, bank swasta nasional relatif lebih rendah dibandingkan bank BUMN. 

PT Bank Central Asia Tbk mencatatkan secara konsolidasi total kredit sebesar Rp 588,7 triliun atau melemah 2,5% yoy sepanjang tahun 2020. 

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim bilang permintaan kredit perbankan masih dalam proses pemulihan, sejalan dengan adanya pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis. 

“Namun, pada sepanjang 2020 kami melihat bahwa terdapat beberapa sektor yang tahan banting melewati pandemi seperti sektor minyak nabati & hewani serta sektor telekomunikasi dan infrastruktur transportasi. Seiring dengan proses pemulihan ekonomi secara bertahap BCA akan tetap fokus pada penyaluran kredit ke sektor-sektor yang berpotensi besar dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian,” papar Vera kepada KONTAN. 

BCA berharap geliat perekonomian di Indonesia akan pulih kembali seiring program vaksinasi Covid-19 secara nasional. Hal ini disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan. 

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan kredit korporasi di tahun 2021 akan tumbuh positif seiring dengan pemulihan ekonomi nasional serta program vaksinasi yang tengah berjalan. 

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyebut dalam menyalurkan kredit korporasi di BRI memperhatikan rasio terhadap penyaluran kredit UMKM.

Baca Juga: Bank OCBC NISP turunkan suku bunga dasar kredit, simak besarannya

“Perseroan akan memperhatikan dan menjaga proporsi kredit korporasi tidak melebihi 20% dari total kredit BRI, bahkan ditargetkan akan terus melandai hingga 15. Sisa%nya sebesar 85% akan kami fokuskan kepada UMKM,” kata Aestika. 

Menurutnya, sektor yang dibidik yakni sektor yang tetap tumbuh di tengah pandemi seperti agribisnis, kesehatan, infrastruktur dan teknologi informasi. Sementara itu sektor yang saat ini tengah dihindari yakni property, transportasi dan pertambangan. 

“Hingga akhir Februari 2021, tercatat kredit korporasi BRI tengah menggeliat dimana tercatat pertumbuhannya sebesar 5,98% year to date,” pungkas Aestika. 

Selanjutnya: Dorong pertumbuhan kredit, ini sejumlah kebijakan OJK, BI hingga Kemenkeu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×