Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Jamsostek kini tengah menyiapkan proses pembentukan anak usaha yang bakal mereka beri nama Jamsostek Investment Company (JIC).
Tersurat dari namanya, JIC akan menjadi mesin Jamsostek untuk melakukan investasi. Tetapi bukan seperti yang sudah-sudah, anak usaha ini tidak akan melakukan investasi ke surat berharga atau saham, melainkan investasi penyertaan saham langsung.
Jamsostek membuat anak usaha yang mengkhususkan diri ke investasi penyertaan langsung karena kriteria investasi ini berbeda dengan jenis investasi ke surat berharga. “Penyertaan langsung memberi imbal hasil besar, tapi risikonya juga besar, jadi perlu penanganan khusus,” kata Hotbonar Sinaga, Direktur Utama Jamsostek.
Untuk meringankan potensi risiko gagal investasi, Jamsostek menggandeng pihak luar dari Timur Tengah, yaitu Islamic Cooperative Development (ICD), dalam pembentukan JIC. ICD merupakan anak usaha Islamic Development Bank (IDB).
Tentu saja ada udang di balik batu dari kongsian ini. Mereka ingin kerjasama ini bisa membuka gerbang investasi yang berasal dari Timur Tengah. Selama ini, dana segar dari Timur Tengah enggan masuk langsung ke Indonesia dan memilih parkir di negeri tetangga Malaysia.
Untuk permulaan, Jamsostek dan ICD akan berbagi modal awal. Masing-masing akan menyetorkan modal Rp 500 miliar ke JIC. Dana itu nantinya akan digunakan untuk operasional perusahaan sekaligus untuk melakukan penyertaan langsung.
Dengan menggandeng pihak lain ini, Jamsostek berharap bisa berbagi risiko dan juga pengetahuan. “Mereka punya banyak pengalaman melakukan penyertaan langsung di berbagai negara,” kata Hotbonar.
Penyertaan langsung JIC ini kelak akan mengarah ke perusahaan-perusahaan padat karya seperti infrastruktur dan agribisnis. Jamsostek bukan sekadar ingin menghitung untung rugi dari penyertaan langsung ini. Perusahaan padat karya tersebut kelak juga diharapkan bisa menambah banyak jumlah peserta Jamsostek.
Saat ini Jamsostek sedang memilih konsultan untuk pembentukan JIC. Proses ini sedikit terhambat karena Jamsostek harus mengulang kembali penunjukkan konsultan. “Kami mengulang proses ini, memilih dengan cara lelang, agar tidak ada masalah di kemudian hari,” kata dia.
Yang jelas, di JIC ini Jamsostek tidak ingin menjadi pemegang saham minoritas. “Kami punya alasan JIC berdiri di sini dan proyek yang dibiayai pun ada di sini,” kata Hotbonar. Pekan depan dia akan bertemu lagi dengan manajemen untuk membicarakan komposisi kepemilikan saham di JIC.
Jamsostek berharap JIC sudah bisa beroperasi tahun depan. Meski begitu, Jamsostek tidak agresif mendulang untung pada awal pembentukan. “Targetnya, tiga tahun setelah pembentukan baru untung,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News