kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   -6.000   -0,34%
  • USD/IDR 16.600   -40,00   -0,24%
  • IDX 6.236   74,40   1,21%
  • KOMPAS100 884   15,16   1,75%
  • LQ45 697   15,99   2,35%
  • ISSI 196   0,74   0,38%
  • IDX30 366   8,49   2,37%
  • IDXHIDIV20 443   9,73   2,24%
  • IDX80 100   1,98   2,01%
  • IDXV30 106   1,12   1,07%
  • IDXQ30 121   2,95   2,50%

Jasindo Sebut Prospek Asuransi Pertanian Masih Cerah ke Depannya


Senin, 24 Maret 2025 / 21:20 WIB
Jasindo Sebut Prospek Asuransi Pertanian Masih Cerah ke Depannya
ILUSTRASI. Group Head Asuransi Program Pemerintah Jasindo Setiadi Imansyah menerangkan bahwa Kementerian Pertanian mengungkapkan ada 7,4 juta hektare lahan pertanian di Indonesia untuk satu kali musim panen dan belum semuanya terproteksi asuransi.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) menyampaikan prospek asuransi pertanian masih terbilang cerah ke depannya. Hal itu tak terlepas dari lahan pertanian di Indonesia yang jumlahnya juga besar. Alhasil, masih banyak peluang yang bisa digarap industri asuransi lewat asuransi pertanian.

Group Head Asuransi Program Pemerintah Jasindo Setiadi Imansyah menerangkan bahwa Kementerian Pertanian mengungkapkan ada 7,4 juta hektare lahan pertanian di Indonesia untuk satu kali musim panen dan belum semuanya terproteksi asuransi. Apabila dalam setahun ada dua musim panen, Setiadi menyebut total terdapat sekitar 14 juta hektare yang bisa digarap oleh industri asuransi.

"Kalau semua diasuransikan dan dikalkulasikan menjadi premi, tentu pendapatannya bisa besar. Tentu saja hal itu bisa mendorong industri asuransi untuk masuk," ucapnya saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Senin (24/3).

Lebih lanjut, Setiadi mencontohkan salah satu produk asuransi pertanian yang telah digarap pihaknya adalah Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sejak 2014. Dia menjelaskan AUTP yang menerapkan skema indemnity atau prinsip ganti rugi tersebut melindungi petani dari gagal panen akibat hama, banjir, dan kekeringan. Adapun tarif premi yang dikenakan sebesar Rp 180 ribu per hektare untuk satu kali musim panen. 

Baca Juga: AAUI Resmi Luncurkan Peta Jalan Pengembangan Asuransi Pertanian 2025–2030

Setiadi menyampaikan tarif tersebut disubsidi 80% oleh pemerintah, sehingga petani hanya membayar sisanya atau sekitar Rp 36 ribu. Petani sudah mendapatkan nilai pertanggungan maksimal Rp 6 juta per hektare.

"Bisa dihitung kalau dengan 10 juta hektare saja, bisa mendapat premi sekitar Rp 1,4 triliun. Kalau diimplementasikan industri, tentu akan cukup memberikan dampak cukup bagus," tuturnya.

Sementara itu, Setiadi mengatakan Jasindo juga memiliki roadmap untuk 5 tahun ke depan terkait penugasan dari pemerintah mengenai asuransi pertanian. Dia menyebut pihaknya akan terlebih dahulu mencoba perlahan mengikuti program yang terdapat dalam peta jalan asuransi pertanian, yang mana produk yang ditawarkan merupakan asuransi parametrik atau berdasarkan parameter cuaca.

Dia menerangkan memang membutuhkan proses dan waktu untuk pengalihan skema tersebut. Oleh karena itu, Jasindo memilih untuk mengombinasikan keduanya sehingga memudahkan transisi dari skema indemnity ke parametrik.

"Kami akan melihat dan mempertimbangkan lagi nantinya kinerja dari asuransi parametrik. Jadi, tak langsung mengalihkan produk yang sudah ada dengan asuransi parametrik, tetapi mencoba untuk menjalankan keduanya dahulu," ungkapnya.

Baca Juga: Jasindo Perluas Program Asuransi Pertanian untuk Mendukung Swasembada Pangan

Setiadi menerangkan kalau jenis asuransi indemnity seperti AUTP, memang langsung ditujukan kepada petani tersebut. Dengan demikian, ada petani yang bisa terkena dampak atau tidak, sehingga manfaat yang dibayarkan juga akan melihat terlebih dahulu dampak yang muncul. Untuk parametrik, lebih kepada suatu indikator, semisal cuaca melalui satelit, untuk bisa dilakukan klaim. Jadi, sifatnya lebih meluas atau merata.

Setiadi mengungkapkan perusahaan sebenarnya pernah menggunakan skema asuransi parametrik. Sayangnya, saat itu, secara bisnis kurang bagus. Dia menerangkan petani tidak puas ketika klaim tidak bisa dibayarkan meski kondisi mereka terindikasi tidak memenuhi syarat parametrik. 

"Akhirnya, para petani komplain. Ada yang dapat klaim dan ada yang tidak, padahal masih satu lahan," ujarnya. 

Setiadi juga menceritakan awal mula masuk ke ekosistem asuransi pertanian bukan hal yang mudah. Pada 2014, dia menyampaikan Jasindo memerlukan upaya keras dalam mengedukasi petani mengenai pentingnya memiliki asuransi. 

Setiadi menuturkan ketika petani sudah berkumpul di balai desa dan mendengarkan sosialisasi, ternyata akhirnya mereka belum tentu mau menggunakan asuransi.

"Justri para petani lebih percaya kepada kesaksian temannya sesama petani saat klaim dibayar oleh perusahaan asuransi," ungkapnya.

Setiadi mengatakan produk Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Jasindo telah memproteksi sampai 305 ribu hektare lahan pertanian sepanjang 2024. Adapun pendapatan premi yang dibukukan dari lini tersebut sekitar Rp 55 miliar.

Dia tak memungkiri realisasi tersebut masih di bawah target pemerintah sebanyak 1 juta hektare. Tak tercapainya target itu salah satunya karena adanya efisiensi anggaran pemerintah sehingga juga memberikan dampak.

Dalam program ketahanan pangan, pemerintah lebih memprioritaskan cetak lahan sawah dan pembangunan irigasi baru. Setelah itu, jika ada anggaran sisa, baru dialokasikan ke asuransi pertanian. Setiadi mengungkapkan sebenarnya Jasindo sempat memproteksi 1 juta hektare lahan pertanian pada 2019, kemudian jumlahnya terus menurun seiring adanya pandemi Covid-19.

Baca Juga: Kementerian Pertanian Sebut Peta Jalan Asuransi Pertanian Punya Dampak Positif

Selanjutnya: Rapat Kreditor Pertama TDPM Digelar Besok, Simak Kronologi Default Berujung Pailit

Menarik Dibaca: Gabung elevAIte, Jobstreet by Seek Dorong Keterampilan AI Talenta Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×