Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemungkinan rezim bunga tinggi berakhir terbuka lebar setelah The Fed mengisyaratkan akan menurunkan bunga acuannya. Hal ini menjadi momen yang paling ditunggu oleh perbankan.
Ya, era bunga tinggi memang telah menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan dalam menjaga margin keuntungan. Di mana, beban bunga yang ditanggung bank kian meningkat.
Salah satu bank yang menanti adanya penurunan suku bunga acuan adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
Baca Juga: BRI Fokus Benahi Kualitas Kredit Mikro di Sisa Tahun 2024
Direktur Utama BRI Sunarso bilang jika bunga acuan benar turun akan banyak keuntungan yang didapat.
Maklum, di saat era bunga tinggi, BRI harus rela marginnya terkoreksi. Ini tercermin dari rasio Net Interest Margin (NIM) BRI secara konsolidasian dalam enam bulan pertama di 2024 yang di level 7,64%, turun dari 7,92% di periode sama tahun sebelumnya.
“Kami sadari bahwa dalam balance sheet BRI, itu sangat sensitif terhadap harga liabilitas, artinya suku bunga dana,” ujar Sunarso, Kamis (29/8).
Ia memprediksi The Fed akan menurunkan bunga acuan sekali dalam tahun ini sekitar 25 basis poin. Meski, ia menyadari beberapa pengamat bilang The Fed akan menurunkan suku bunga dua kali di tahun ini.
Mau sekali atau dua kali, Sunarso benar-benar berharap penurunan suku bunga ini terealisasi. Dengan catatan, Bank Indonesia (BI) juga ikut menurunkan suku bunga acuannya.
Baca Juga: Bank Wajib Membuka Dasar Penentuan Suku Bunga
“Ini juga memberikan kelonggaran untuk likuiditas di perbankan dan memberikan kesempatan BRI juga untuk tumbuh,” ujarnya.
Di sisi lain, ia bilang dengan adanya penurunan suku bunga juga akan berdampak pada permintaan kredit di segmen mikro. Sebab, Sunarso menilai permintaan dari segmen ini sedang lemah.
Menurutnya, dengan suku bunga acuan turun maka uang beredar banyak di kalangan bawah. Sehingga, daya beli masyarakat juga mulai menguat lagi serta konsumsi rumah tangga juga ikut menguat.
“itu sebetulnya adalah driver utama daripada loan demand di mikro,” tandasnya.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu menambahkan pihaknya terus memonitor perkembangan terkait dengan rencana penurunan suku bunga. Sehingga, pihaknya turut berhati-hati dalam melihat pergerakan cost of fund.
Baca Juga: Mudah, Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Di ATM BCA, BNI, BRI, Mandiri, CIMB, Permata
Ia bilang saat ini BRI untungnya masih memiliki dana murah (CASA) yang rasionya per Juni 2024 mencapai 63,2%. Menurutnya, ini yang membantu mempertahankan NIM meski ada slowing down pertumbuhan di segmen mikro.
“Biaya yang kami keluarkan untuk dana murah itu sebenarnya rata-rata hanya sebesar 1,52% karena hampir 60% dari CASA kami itu adalah tabungan yang kurang lebih beban bunganya itu di rata-rata kurang dari 0,3%,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News