kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Juli 2018, imbal hasil industri DPLK bertengger di level 3,9%


Selasa, 11 September 2018 / 17:43 WIB
Juli 2018, imbal hasil industri DPLK bertengger di level 3,9%
ILUSTRASI. ilustrasi rupiah


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil yang dicatatkan oleh pelaku dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) terus mengalami peningkatan. Hingga Juli 2018, return on investment (ROI) sudah berada di angka 3,9%.

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai tujuh bulan ini, realisasi imbal hasil tersebut mengalami peningkatan dibanding periode Juli 2017 sebesar 3,66%. Artinya ada peningkatan 0,24% secara year on year (yoy).

Wakil Perkumpulan DPLK Nur Hasan Kurniawan mengatakan, kinerja moncer return yang dihasilkan oleh industri tak lepas dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang telah mengerek bunga acuan. Kebijakan tersebut turut dinikmati industri DPLK lantaran porsi investasi di instrumen deposito terbilang jumbo.

Tercatat, sampai Juli 2018, dari total investasi sebesar Rp 78,65 triliun, kontribusi keranjang pasar uang mencapai sekitar 62%. Sedangkan sisanya pada obligasi dan sukuk 31%. Lalu porsi saham dan reksadana masih mini tercatat masing-masing 3,78% dan 3,53%.

"Kami rasa, proyeksi return 7% sampai akhir tahun masih on track dan optimis bisa tercapai," kata Nur Hasan kepada Kontan.co.id, Senin (10/9).

Target tersebut akan didorong oleh rencana BI yang diperkirakan kembali mengerek bunga acuan lagi sampai akhir tahun nanti. Dus, ini akan menjadi katalis pendorong imbal hasil pelaku industri. Sementara, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini dinilai Nur Hasan tidak akan berdampak signifikan pada pergerakan investasi pelaku DPLK.

"Sampai akhir tahun sepertinya portofolio investasi tidak akan bergerak banyak. Masih seperti saat ini dengan strategi konservatif," jelasnya

Kendati begitu, sebetulnya asosiasi terus mendorong anggota untuk sedikit beralih investasi di instrumen saham. Hal ini sebagai instrumen untuk jangka panjang sesuai dengan karakteristik dana pensiun. Apalagi dengan kondisi saat ini, sebetulnya Nur Hasan menilai sebagai kondisi "its time to buy" saham-saham dengan fundamental jangka panjang cukup baik.

"Namun memang yang masih jadi kendala terkait masing-masing pelaku mengenai pemahaman investasi. Maka itu kami juga sering mengadakan sosialisasi mengenai ini," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×