kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kata para bankir perihal BI ingin bank transparan umumkan bunga kredit


Kamis, 11 Februari 2021 / 21:27 WIB
Kata para bankir perihal BI ingin bank transparan umumkan bunga kredit
ILUSTRASI. Bank Indonesia


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

Langkah itu menurutnya dilakukan untuk meningkatkan efektivitas suku bunga kebijakan terhadap suku bunga kredit bank, market conduct dan perlindungan konsumen.

Adapun, BCA mengaku pihaknya sudah melakukan hal itu, salah satunya lewat penyesuaian suku bunga kredit kepada nasabah sejalan dengan pergerakan suku bunga acuan BI.

"BCA sebagai bagian dari perbankan Nasional pada prinsipnya mendukung kebijakan Pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan, salah satunya kebijakan Bank Indonesia," terang Vera kepada Kontan.co.id, Rabu (10/2).

Baca Juga: Bank Mandiri akan salurkan KPR FLPP untuk 3.000 rumah semester I-2021

Sebagai gambaran informasi, berdasarkan tingkat SBDK Bank BCA, segmen dengan bunga terendah merupakan korporasi dengan SBDK 8% per Januari 2021. Posisi tersebut menurun dari SBDK Januari 2020 yang sempat ada di level 9,75% atau turun 175 bps. Sedangkan SBDK ritel ada di posisi 8,5% turun 140 bps.

Beberapa bank kecil juga sepakat dengan langkah BI. Pun, tidak mempermasalahkan upaya BI untuk mempercepat penurunan bunga kredit.

Akan tetapi, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) Daniel Budirahayu berharap aturan transparansi bunga kredit perlu dirinci secara detail agar tidak berbenturan dengan ketentuan publikasi SBDK yang telah berjalan sesuai aturan OJK.

"Kami masih menunggu petunjuk pelaksanaan (juklak) apakah SBDK akan digantikan dengan PBI tersebut atau tidak," kata Daniel.

Di samping itu, pihaknya juga menilai bahwa permasalahan pertumbuhan kredit yang lambat bukan hanya dipicu oleh tingkat bunga kredit yang tinggi. Namun, lebih banyak disebabkan makro ekonomi yang melemah di masa pandemi.




TERBARU

[X]
×