kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Kebutuhan rumah meningkat, kredit properti berpeluang tumbuh 12,2%


Selasa, 22 Februari 2011 / 08:15 WIB
Kebutuhan rumah meningkat, kredit properti berpeluang tumbuh 12,2%
ILUSTRASI. eBranch BCA


Reporter: Roy Franedya | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kredit properti diperkirakan bakal menjadi salah satu tulang punggung bisnis penyaluran kredit perbankan tahun ini. Bank Indonesia (BI) meramalkan kredit di sektor perumahan itu tumbuh 2,8% pada kuartal I-2011 dibanding kuartal IV-2010. Sampai tutup tahun nanti, kredit properti berpeluang naik 12,2% ketimbang tahun lalu.

Prediksi itu berdasarkan hasil survei BI terhadap perbankan penyalur kredit properti. Perbankan yang menjadi responden ini menguasai 54,7% dari total pangsa pasar kredit properti.

Data BI menunjukkan, perbankan telah menyalurkan kredit properti dalam rupiah dan valuta asing (valas) Rp 240,59 triliun per akhir 2010 atau tumbuh 12,35% dari tahun 2009. Komposisinya, kredit konstruksi Rp 63,2 triliun, kredit real estate Rp 37,93 triliun, serta kredit kepemilikan rumah dan apartemen (KPR/KPA) mencapai Rp 139,45 triliun. Bila ramalan BI jitu, kredit properti akan bertambah Rp 29,35 triliun atau menjadi Rp 269,95 triliun per 31 Desember 2011.

Henry Koenaifi, Direktur PT Bank Central Asia (BCA) menjelaskan, potensi pasar yang besar akan menjadi faktor pendorong kenaikan kredit properti. Masyarakat akan membutuhkan properti sebagai tempat tinggal maupun sarana berinvestasi. "Saat ini, 60% penduduk Indonesia berusia produktif yang membutuhkan tempat tinggal," ujarnya, Senin (21/2).

Wakil Direktur Utama Bank BTN Evi Firmansyah juga sependapat Mengutip data kebutuhan rumah tinggal hasil perhitungan Badan Pusat Statistik, setahun Indonesia membutuhkan 8 juta unit rumah. "Sementara rata-rata supply setahun hanya 700.000-800.000 unit rumah," ujarnya.

Namun ada dua hal yang akan menganjal pertumbuhan kredit properti tahun ini. Pertama, inflasi dan kenaikan suku bunga perbankan. Hal ini menyebabkan bank menunda penyaluran kreditnya dan menunggu kejelasan.

Kedua, kisruh penarikan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) oleh daerah. Hal ini akan menyulitkan nasabah, terutama saat melakukan balik nama dan menyertifikatkan rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×