Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba bersih PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) mengalami perlambatan pertumbuhan pada kuartal III 2019. Penyebab utamanya biaya dana (Cost of fund/CoF) yang harus ditanggung perseroan masih tinggi di tengah likuiditas yang cukup ketat di pasar.
BNI hanya mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 12 triliun atau tumbuh 4,7% secara tahunan (year on year/yoy). Padahal di triwulan III tahun 2018, bank pelat merah ini masih berhasil membukukan net profit tumbuh dua digit yakni 12,6% yoy.
Baca Juga: Laba bersih Bank BNI naik 4,7% jadi Rp 12 triliun di kuartal III 2019
“Faktor utama perlambatan ini adalah cost of fund yang masih tinggi. Likuiditas di market cukup ketat, bahkan pemerintah juga bersaing di pasar lewat surat berharga negara ritel,” kata Aria Bimo, Direktur Keuangan BNI di Jakarta, Rabu (23/10).
Untuk mendorong perolehan laba sampai akhir tahun, BNI akan fokus memperbaiki biaya dana. Dengan begitu, perseroan bisa mencapai target laba bersih tumbuh di kisaran 5%-8%.
Bimo bilang, upaya menurunkan CoF terus dilakukan BNI. Hasilnya, secara bulanan biaya dana tersebut sudah mengalami penurunan. Kuartal III, CoF perseroan ada di level 3,2%, padahal pada bulan Agustus ada di level 3,3%.
BNI akan terus mendorong penghimpunan dana murah (Current Account Saving Account/ CASA) dan menurunkan deposito. Dengan begitu, BNI berharap bisa menurunkan CoF ke level 3,1% pada akhir tahun.
Baca Juga: Laba Bank Danamon turun 15% di kuartal III 2019 menjadi Rp 2,59 triliun
Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI tumbuh 5,9% yoy menjadi 581 triliun. Rasio CASA ada di level 64,3% karena giro tumbuh 13% dan tabungan naik 7,5% yoy. Sedangkan deposito telah turun 0,8% yoy menjaid Rp 207,4 miliar.
Sementara terkait penurunan bunga deposito, Bimo bilang akan dilakukan secara bertahap. Hanya saja, penurunan itu akan sangat memperhatikan kondisi likuiditas di pasar. “Perhatian utama kami tetap pada likuiditas,” ujarnya.
Adapun penyaluran kredit BNI masih tumbuh dua digit 14,7% menjadi Rp 558,7 triliun. Net interest income (NII) ada di level 3,3%. Pertumbuhan kredit itu ditopang oleh kredit korporasi dan kredit usaha kecil yang tumbuh masing-masing 18,1% dan 19,2%. Sedangkan segmen menengah tumbuh 3,8% dan kredit konsumer tumbuh 13,1%.
Baca Juga: Pendapatan komisi Bank BNI masih tumbuh subur di kuartal III 2019 ini
Selain menekan biaya dana, BNI juga akan terus mendorong pertumbuhan pendapatan non bunga atau fee based income (FBI) untuk mendongkrak perolehan laba. Kuartal III, FBI bank ini tumbuh cukup baik yakni 13% yoy menjadi Rp 8,1 triliun.
Hingga akhir tahun, BNI akan tetap menjaga FBI tumbuh di kisaran 10%-13%. Direktur Tresuri dan Internasional BNI dan Rico Budidarmo mengatakan, pendapatan non bunga ini akan digenjot terutama dengan mengoptimalkan business banking seperti trade finance serta mendorong produk-produk berbasis teknologi di sektor konsumer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News