kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Keluar dari bisnis konsumer, Citibank Indonesia garap sektor institusional


Senin, 26 Juli 2021 / 16:13 WIB
Keluar dari bisnis konsumer, Citibank Indonesia garap sektor institusional
ILUSTRASI. Gedung Citibank Indonesia di Pondok Indah, Jakarta Selatan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Amanda Christabel | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Citibank Indonesia kini mundur dari bisnis konsumer atas adanya arahan dari induk perusahaan, dan mengalihkan fokusnya ke dalam sektor bisnis perbankan institusional dengan tidak melepaskan komitmennya terhadap nasabah dari sektor consumer banking.

Dikatakan dalam media briefing yang diselenggarakan secara virtual pada Jumat (23/7), Managing Director, Head of Integrated Corporate Bank, Banking Capital Markets & Advisory Citi, Anthonius Sehonamin bilang bahwa dalam proses keluar dari bisnis konsumer ini tentu membutuhkan waktu.

“Karena sebenarnya kegiatan operasional masih tetap berjalan. Jadi tolong jangan ditutup, karena masih bisa dipakai meskipun sudah ke tempat pembeli yang baru. Semua operasional berjalan dengan baik, termasuk kantor cabang. Ini adalah usaha untuk tetap mendukung nasabah Citi,” ujar Anthonius.

Baca Juga: Gandeng BCA Digital, Cermati Fintech Group luncurkan layanan perbankan

Sejalan dengan hal ini, Anthonius mengatakan bahwa Citibank Indonesia akan berpindah ke perbankan institusional, yang memiliki klien yang agak berbeda dengan sektor konsumer. “

Konsumer itu retail, kalau institusional itu korporasi. Kita melihat klien korporasi terbagi jadi empat segmen; klien yang benar-benar korporasi atau perusahaan; public sector, termasuk pemerintah dan BUMN, financial institution yang terdiri bank dan nonbank (IKNB); dan multinasional, karena Citi akan membantu perusahaan multinasional yang ada cabangnya di Indonesia,” imbuhnya.

Anthonius menjelaskan, melihat perkembangan dari 2020 hingga semester dua 2021 ini cukup unik. “First half dan third quarter 2020 itu perusahaan atau klien institusional sedikit lebih hati-hati, karena pandemi muncul dari paruh pertama 2020. Jika melihat real sector, di kuartal keempat 2020 sudah mulai banyak aktivitas. Di mana kemarin kita tahu 2020, GDP tumbuh negatif di bawah 2%. Sedangkan di tahun 2021 pemerintah memperkirakan pertumbuhan 4%, tapi kalau Citi memproyeksi sekitar 3%,” urai Anthonius.

Dari beberapa deal yang dilakukan Citibank Indonesia, baik untuk klien institusi dan pemerintahan juga BUMN, setidaknya membantu menggalang dana bagi klien di Indonesia yang meliputi korporasi, sektor publik yaitu BUMN dan pemerintah, institusi finansial, dan multinasional sebesar US$10 miliar sampai Juni 2021.

Baca Juga: Airlangga Hartarto sebut penyaluran KUR Pertanian telah capai Rp 42 triliun

Citibank juga turut andil dalam merger Gojek dan Tokopedia (GoTo), dengan total nilai transaksi senilai hampir US$18 miliar. “Itu sangat penting untuk ekonomi kita, apalagi ke depannya ekonomi digital semakin penting. Merger ini melambangkan 2% dari GDP Indonesia, hanya dari dua unicorn ini saja. Kita harus bangga,” tuturnya.

Berbicara soal transaksi, Anthonius bilang saat ini adalah eranya digital. “Klien Citibank bisa dibilang kurang dari 5% yang masih pakai transaksi manual, semuanya sudah pakai digital. Kita coba bantu semua klien, yang biasanya lewat manual maka kita pindahkan mereka ke digital. Dan yang sudah ke digital, kadang ada dokumen yang harus disampaikan di hari yang sama, itu kita memberikan fleksibilitas kepada nasabah,” tutup Anthonius.

Selanjutnya: Pengamat: Holding ultramikro bisa tingkatkan digitalisasi UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×