Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Para bankir tentu lega hati melihat kiprah rupiah. Belakangan ini, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah ini berimbas positif bagi perbankan.
Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa berpendapat, penguatan rupiah punya efek bagus bagi modal bank. Logikanya seperti ini. Penguatan rupiah akan menahan laju kredit bermasalah alias non- performing loan (NPL) dalam valas. Saat nilai NPL mengecil, otomatis biaya provisi atau pencadangan yang harus ditanggung bank ikut menyusut. "Alhasil, modal bank bisa lebih kuat," kata Yudhi.
Lebih lagi, bukan hanya ancaman kredit macet debitur valas yang meredup saat kurs rupiah mulai perkasa terhadap dolar AS. "Kontrak derivatif yang masih ada (outstanding) juga bisa dilunasi dengan dana lebih murah saat dolar melemah," ujar Fauzi Ikhsan, Ekonom Standard Chartered.
Fauzi memperkirakan, tren penguatan rupiah terhadap dolar AS akan berlanjut hingga akhir tahun ini. Ia memprediksi rupiah bisa menguat hingga Rp 9.500 per dolar AS di akhir 2009.
NOP rata-rata 6%
Thomas Arifin, Direktur Internasional dan Treasuri Bank Mandiri, juga mengamini pengaruh positif penguatan rupiah terhadap modal bank. "Penguatan rupiah akan meningkatkan kapasitas bank dalam melakukan transaksi valas. Baik dari sisi aset maupun liabilities, juga dalam transaksi neraca sesuai aturan posisi devisa netto alias net open position (NOP)," kata Thomas.
Saat ini, lanjut Thomas, selisih antara aset dan kewajiban valas (NOP) Mandiri cuma sebesar 0,97% atau sekitar US$ 13,07 juta. "Masih jauh dari aturan maksimal yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu 20%," imbuhnya.
Dalam catatan Thomas, per 25 Mei 2009, dana pihak ketiga (DPK) valas Mandiri mencapai US$ 4,03 miliar. Sedangkan kredit valas sebesar US$ 2,7 miliar dan kewajiban valas mencapai US$ 495 juta. "Jadi, LDR valas kami ada di level 69%. Likuiditas kami sangat baik," ujarnya.
Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia (BI) Wimboh Santoso mengatakan, penguatan rupiah ini bakal meringankan beban perbankan dalam membayar kewajiban valas. Per Desember 2008, beban utang valas perbankan nasional mencapai US$ 2,112 miliar.
Wimboh menambahkan, permodalan bank juga masih cukup kuat, bahkan jika rupiah melemah hingga Rp 12.000 per dolar AS. Sebab, NOP perbankan nasional saat ini rata-rata di posisi 6%. "NOP perbankan saat ini paling tinggi 10%,” ucapnya Wimboh.
Mengutip Statistik Perbankan Indonesia (SPI), posisi DPK valas hingga Maret 2009 mencapai Rp 309,92 triliun. Nilai ini cenderung stabil bila dibandingkan dengan bulan Februari 2009 sebesar Rp 309,83 triliun. Sedangkan nilai kredit valas justru turun dari Rp 260,14 triliun pada Februari 2009 menjadi Rp 244,74 triliun pada Maret 2009.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News