kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kerugian WOM Finance makin membengkak


Selasa, 04 September 2012 / 08:15 WIB
Kerugian WOM Finance makin membengkak
ILUSTRASI. Anosmia adalah gejala utama Covid-19 dimana penderitanya kehilangan kemampuan untuk mencium bau.


Reporter: Mona Tobing, Adi Wikanto | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kinerja PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM) Finance kembali memble di akhir kuartal II 2012. Lihat saja, penyaluran pembiayaan di multifinance yang fokus pada kredit sepeda motor ini semakin menyusut dan aset juga berkurang (lihat infografik). Bahkan, anak usaha Bank Internasional Indonesia (BII) ini harus menanggung kerugian hingga Rp 45,69 miliar per 30 Juni 2012.

Kerugian ini juga semakin besar dibandingkan kuartal I 2012, yang mencapai Rp 22,31 miliar. Artinya, kerugian pada kuartal II lalu lebih besar dibandingkan kuartal I. Total kerugian pada kuartal II mencapai Rp 23,38 miliar.

Djaja Sutandar, Direktur Utama WOM Finance, menyalahkan kinerja manajemen WOM lama sebagai biang keladi jeleknya kinerja itu. Manajemen lama jor-joran menyalurkan pembiayaan kendaraan bermotor, tanpa memperhitungkan kualitas.

Walhasil, kredit macet pun mulai menumpuk sejak tahun lalu. "Ini adalah imbas kredit lama, dengan uang muka di bawah 12,5% dan kontrol manajemen yang kurang baik pada waktu itu," ujar Djaja, pekan lalu.
Berdasarkan laporan keuangan, akhir Desember 2011 WOM Finance memiliki kredit macet atau non-performing loan (NPL) sebesar 2,46%. Lalu, NPL per 30 Juni 2012 naik tipis menjadi 2,5%.

Otomatis, manajemen WOM harus membuat pencadangan untuk kredit macet itu sebesar Rp 101,64 miliar. Selain itu, manajemen juga harus menyediakan anggaran untuk menghapus kredit macet yang tak tertagih sebesar Rp 122,55 miliar.

Dua pos itu mendorong peningkatan biaya beban perusahaan menjadi Rp 829,86 miliar, naik 6% dibandingkan kuartal II 2011 sekitar Rp 777,94 miliar. Ditambah lagi, lesunya penyaluran pembiayaan juga melemahkan pendapatan. Total pendapatan per 30 Juni lalu Rp 789,84 miliar, naik tipis 0,89% dari periode sama tahun 2011.

Optimistis membaik

Namun, Djahja yakin, memburuknya kinerja itu segera berakhir. Ia optimistis, strategi manajemen baru menghasilkan kualitas kredit yang jauh lebih baik, sehingga tidak perlu lagi menyediakan anggaran untuk pencadangan yang besar, apalagi penghapusan kredit. "Kami telah melakukan reorganisasi di bagian collection dan marketing untuk mengurangi kasus fraud yang merugikan perusahaan," ujarnya.

Bahkan, Djaja mengaku bisa menghasilkan laba pada semester II ini. Kondisi itu juga tertolong momentum Lebaran. Djaja menyebutkan setiap hari terjadi kenaikan 30% jumlah sepeda motor. "Kami mampu membiayai sekitar 1.800 unit motor per hari dan total pembiayaan sepanjang Agustus sebanyak 30.000 unit kendaraan," terang Djaja.

Sampai akhir tahun, managemen menargetkan total pembiayaan mencapai Rp 8,5 triliun atau setara 70.000 unit sepeda motor. Soal laba, Djaja belum bisa menyampaikan. Pastinya, per Juli lalu telah mendapatkan keuntungan Rp 2,6 miliar.

Mengingatkan saja, Djaja resmi menjabat sebagai Direktur Utama WOM Finance pada Mei 2011. Ia menggantikan, Suwandi Wiratno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×