Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi digital di Tanah Air terus meningkat. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), nilai pembayaran digital pada Januari 2025 telah mencapai Rp 3,5 miliar rupiah. Angka ini tumbuh sebesar 35,3% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan volume transaksi platform dompet digital OVO yang turut positif. Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra menyebutkan bahwa hingga kini OVO sudah diunduh lebih dari 300 juta kali. Dalam layanan top up online dan offline.
“OVO juga telah melayani lebih dari 8 juta titik yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara. Selain itu, OVO telah merangkul lebih dari 2 juta merchant QRIS yang sebagian besar berasal dari UMKM di lebih dari 500 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia,” kata Karaniya kepada Kontan, Kamis (6/3).
Lebih lanjut, Karaniya mengatakan dalam setahun terakhir, lebih dari 300.000 UMKM baru juga telah bergabung di ekosistem OVO dan Grab, membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
Baca Juga: Terus Naik, NPF BNPL Perusahaan Pembiayaan Sentuh 3,37% per Januari 2025
Ia menjelaskan, pertumbuhan ini didorong oleh strategi yang terus dilakukan OVO diantaranya dengan terbuka dan terintegrasi untuk menciptakan lanskap pembayaran digital yang ramah bagi semua, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan strategi ini, menurutnya OVO dapat bekerja sama dengan berbagai industri yang berizin dan legal, menawarkan layanan pembayaran di berbagai platform seperti hiburan, kesehatan, dan belanja, tidak hanya terbatas pada ekosistem OVO.
“Sebagai bagian dari inovasi untuk merchant, kami juga telah meluncurkan fitur pencairan dana di hari yang sama, memudahkan mitra merchant untuk mengakses dana dengan cepat dan efisien,” kata dia.
Sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia yang memperkirakan pertumbuhan pembayaran digital sebesar 52,3% pada 2025, Karaniya optimis kinerja layanan uang digital OVO juga akan terus meningkat di tahun ini dan tahun mendatang.
Di sisi lain, dalam menjaga ruang digital yang aman, bertanggung jawab, dan bebas dari praktik ilegal, sejak berdiri di tahun 2017, OVO terus berkoordinasi erat dengan pemerintah dan regulator, yaitu Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam melaporkan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM), serta Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi).
Sedangkan salah satu upaya nyata untuk memerangi judi online (judol), OVO meluncurkan inisiatif Gerakan Bareng Ungkap Judi Online (Gebuk Judol) yang pertama kali diluncurkan pada November 2024. Inisiatif ini merupakan keseluruhan rangkaian upaya nyata OVO untuk mendukung pemerintah dalam pemberantasan judol di Indonesia dengan mengoptimalkan teknologi untuk deteksi transaksi mencurigakan.
Karaniya menilai, dengan optimalisasi teknologi, OVO selalu memastikan proses Customer Due Diligence (CDD) dan Enhanced Due Diligence (EDD) untuk verifikasi pengguna, memblokir akun yang terindikasi sebagai bandar judol, serta rutin melaporkan transaksi keuangan mencurigakan sebagai bagian dari upaya pencegahan yang lebih luas lagi.
“OVO juga secara aktif melakukan patroli siber untuk menyusur situs, aplikasi, atau platform serta transaksi yang terlibat dalam aktivitas judol,” tandansya.
Baca Juga: OJK Beri Sanksi pada 24 Multifinance dan 32 Fintech Lending per Februari 2025
Selanjutnya: Pemegang Saham Pengendali Ramai Beli Sahamnya Sendiri, Ini Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Ini Langkah Praktis Tarik Tunai BCA Tanpa Kartu ATM dengan Aman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News