kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Klaim Indonesia Re merangkak naik terdorong bencana alam pada tahun lalu


Senin, 14 Januari 2019 / 18:44 WIB
Klaim Indonesia Re merangkak naik terdorong bencana alam pada tahun lalu


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Klaim PT Reasuransi Indonesia Utama atau yang lebih dikenal dengan sebutan Indonesia Re mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya bencana yang terjadi di tahun 2018.

Direktur Indonesia Re Kocu Adre Hutagalung mengaku, klaim perusahaannya mengalami peningkatan di sepanjang tahun 2018. Menurutnya, tiga bencana alam yang terjadi di Palu, Lombok, dan Banten pada tahun lalu telah menambah underlyng retention sebesar Rp 70 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.

Asal tahu, Underyling retention sendiri merupakan jumlah total kewajiban atau risiko yang ditahan oleh perusahaan asuransi dari polis setelah menyerahkan kewajiban kepada perusahaan reasuransi.

“Rp 70 miliar itu baru bagian dari nett Indonesia Re saja. Sedangkan untuk gross-nya lebih dari Rp 200 miliar,” kata Kocu kepada Kontan.co.id, Senin (14/1).

Meski demikian, ia menyebut pihaknya telah menyiapkan dana yang mencukupi untuk membayarkan klaim kepada pemegang polis perseroan. Selain itu Indonesia Re juga berkomitmen untuk mempertahankan Risk Based Capital (RBC) lebih dari 200%.

“Pembayaran klaim tetap sesuai dnegan standar Indonesia Re yaitu sepuluh haru setelah konfirmasi klaim tersebut,” tambahnya.

Menurutnya, setiap tahun perusahaan selalu menyusun skenarion klaim, termasuk frekuensi dan severety klaim katastropik. Untuk tahun ini skenario klaim tetap sama dengan tahun lalu, yaitu tiga klaim katastropik dengan nilai masing-masing 30% dari total limit proteksi katastropik perusahaan.

Portofolio Management & Claim Division Head Indonesia Re Amir Muda L. Tobing mengatakan, saratnya bencana alam yang terdiri di seluruh penjuru Indonesia akhir-akhir ini, menjadi peringatan bagi industri asuransi dan reasuransi untuk mengakaji kembali kapasitas cover untuk risiko katastropik.

“Indonesia tak diragukan lagi, merupakan negara yang sarat akan bencana. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri asuransi dan reasuransi nasional,” ujarnya.

Bencana tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung berdasarkan data sesi risiko gempa dari Maipark, menunjukkan total eksposur asuransi nasional sebesar Rp 307 triliun dari 17.843 risiko. Dari nilai eksposur tersebut, paling tidak ada sekitar 191 risiko senilai Rp 15,9 triliun yang berlokasi di bibir pantai. Risiko yang berada di bawah pantai inilah yang kemungkinan terdampak pada 22 Desember 2018 lalu.

Amir melanjutkan, jumlah risiko yang dikelola oleh Indonesia Re di dua tempat tersebut mencapai sekitar Rp 6 triliun dari sekitar 50 risiko berasal dari facultative ditambah unknown frequency dari treaty.

“Saat ini kami belum menerima notifikasi dari ceding company untuk klaim reasuransi umum akibar tsunami di Banten dan Lampung, namun memperkirakan akan ikut menanggung klaim walaupun tidak sebesar gempa Palu dan Lombok,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×