Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri asuransi umum dikuasai oleh perusahaan yang terafiliasi dengan konglomerasi maupun BUMN. Berdasarkan data yang Kontan.co.id terima, 10 besar asuransi umum didominasi oleh perusahaan lokal yang memiliki konglomerasi dan BUMN beraset besar.
Adapun urutan 10 besar perusahaan asuransi dengan premi terbesar mulai dari Sinar Mas, Astra Buana, Jasa Indonesia, Tugu Pratama Indonesia Tbk, Kredit Indonesia, Central Asia, Bangun Askrida, Adira Dinamika, Multi Artha Guna Tbk, dan Wahana Artha.
Asuransi Sinar Mas merupakan bagian dari konglomerasi Sinar Mas Group. Adapun Asuransi Astra Buana merupakan anak perusahaan dari PT Astra International. Adapun Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) merupakan BUMN. Selain itu, 58,5% saham Tugu Pratama Insurance dimiliki oleh PT Pertamina (Persero).
Baca Juga: Jumlah agen asuransi menanjak di masa pandemi
Pangsa pasar dari 10 besar perusahaan asuransi itu mencapai 53,8% atau Rp 20,2 triliun dari total premi industri. Pada sektor ritel, mayoritas dikontribusikan oleh asuransi wajib dari multifinance maupun bank untuk kredit pemilikan rumah maupun kredit pemilikan motor.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengamini hal ini. Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe bilang memang 10 besar kontributor premi asuransi umum secara nasional adalah perusahaan asuransi konglomerasi dan BUMN. Hal
“Ini bukan berarti ada perusahaan asuransi lainnya tidak dapat menggarap pasar tersebut. Namun strategi pemasaran yang dilakukan bisa menjangkau market yang dimaksud,” ujar Dody kepada Kontan.co.id pada Senin (26/10).
Lanjut Dody, setidaknya ada tiga kekuatan yang dapat menjadi modal untuk menggarap pasar, yaitu modal, kompetensi SDM dan networking. BUMN dan perusahaan konglomerasi memiliki modal yang bagus, sehingga kapasitas menahan risiko juga besar.
Baca Juga: Bidik pebisnis dan UMKM, Allianz Life rilis asuransi mikro syariah Sekoci Amana
“Disamping itu mereka juga memiliki networking, baik dengan grup maupun kerjasama bisnis. Juga kompetensi SDM yang dapat menjadi competitive advantage saat membuat inovasi produk yang dapat bersaing di pasar. Disamping itu, juga seleksi risiko yang baik sebagai bagian dari proses manajemen risiko,” tambah Dody.