kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kontras laba bank dan geliat ekonomi


Rabu, 25 Oktober 2017 / 11:03 WIB
Kontras laba bank dan geliat ekonomi


Reporter: Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bank seperti tak mengenal kata lesu. Kondisi ekonomi yang kurang gairah tidak membuat bank kehilangan cara untuk memanen laba besar.

Coba tengok sejumlah bank papan atas yang sudah merilis kinerja kuartal III-2017. Mayoritasnya membukukan pertumbuhan laba tinggi. Pengumuman terbaru, Bank Mandiri Tbk mencatat kenaikan laba sebesar 25,4% menjadi menjadi Rp 15,07 triliun. Bahkan laba PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tumbuh lebih tinggi lagi, mencapai 31,6% menjadi Rp 10,16 triliun.

Pertumbuhan laba tinggi bank itu kontras dengan kondisi ekonomi nasional yang lesu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2017 kemungkinan tak jauh beda dibandingkan dengan kuartal kedua lalu yang 5,01%.

Nah, jika dibedah lebih jauh, penopang utama kenaikan laba bank adalah upaya efisiensi biaya dan kemampuan bankir menekan pencadangan kredit macet. Sementara penyaluran kredit, bisnis inti bank, belum optimal menopang pertumbuhan laba bank pada periode ini. Kredit Bank Mandiri, semisal, hanya tumbuh 9,8% menjadi Rp 686,15 triliun per kuartal III-2017.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengakui kenaikan laba ini karena keberhasilan Bank Mandiri menekan kredit bermasalah. "Sehingga pendapatan kami bertambah karena pencadangan menurun," ujarnya, Selasa (24/10)

Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menambahkan, efisiensi juga jadi pilihan bank untuk menopang kinerja di saat industri masih lesu. Hal itu tampak pada rasio biaya operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO). September 2017, rasio BOPO tercatat 78,71%, turun dibanding periode sama tahun 2016 yang sebesar 81,02%. Namun, Aslan menambahkan, kinerja bank besar terutama bank BUMN pada tahun ini juga ikut didorong masifnya penyaluran kredit infrastruktur.

Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI berpendapat, peningkatan kinerja bank-bank besar justru cerminan masih bergeraknya ekonomi makro dan sektor riil. Menurutnya, perbaikan ekonomi terlihat dari peningkatan produk domestik bruto (PDB) dan surplus neraca perdagangan. "Ini yang menjadi salah satu pendorong pertumbuhan kredit dan membaiknya kualitas kredit," kata Herry.

Tardi, Direktur Perbankan Ritel Bank Mandiri menambahi, perbaikan produktivitas ikut mendorong perbaikan kinerja perbankan. Selain itu, pencadangan yang menurun juga berandil besar.

Ambil contoh di Bank Mandiri, biaya pencadangan (provision net) menyusut 23,2% menjadi Rp 12,21 triliun di kuartal III 2017. Sementara di BNI, rasio NPL yang menciut dari 3,1% menjadi 2,8% menurunkan beban bank ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×