Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lini bisnis jasa keuangan Grup Astra, Astra Financial bisa berkontribusi besar pada laba induk usaha di tahun ini. Meski begitu masih ada banyak tantangan yang harus dilalui.
Tahun lalu, Astra Financial menyetor laba Rp 3,75 triliun ke PT Astra International Tbk (ASII). Jumlah tersebut setara 19,8% dari total keuntungan ASII sebanyak Rp 18,8 triliun sepanjang 2017. "Tahun ini kontribusi ke induk, kami harapkan masih di 20%," kata Direktur ASII Suparno Djasmin, Selasa (24/7).
Sampai kuartal I-2018, kontribusi laba Astra Financial mencapai 21,2%. Namun secara nominal, laba dari perusahaan finansial di bawah bendera Astra menurun 6% secara tahunan menjadi Rp 1,06 triliun. Di saat sama, laba ASII menciut 2% jadi Rp 4,98 triliun.
Suparno mengakui, kondisi ekonomi tahun ini cukup menantang. Termasuk dari faktor eksternal yang berpengaruh pada pasar keuangan dalam negeri. Karena itu, dia bilang, Astra memilih konservatif dan memilih menjaga kestabilan bisnis di bilang perbankan, pembiayaan, sampai asuransi.
Suparno mencontohkan, aksi pengambilalihan saham ASII di PT Astra Sedaya Finance (ASF) dari PT Bank Permata. Menurut dia, langkah tersebut untuk memperkuat permodalan ASF.
Prospek pembiayaan
Sebab menurut Suparno, di 2018 masih menantang bagi Astra Financial. Termasuk bagi bisnis pembiayaan di bawah bendera Grup Astra.
Suparno menyebut, di tahun 2017 perusahaan pembiayaan Group Astra menyalurkan Rp 80 triliun. Ia memproyeksi, pembiayaan tahun ini masih di angka tersebut. "Semoga ekonomi membaik, tapi kami harus mengelola bisnis lebih prudent dan meningkatkan manajemen risiko dengan lebih baik," kata Suparno, Selasa (24/7).
Saat ini, Federal International Finance (FIF) dan Astra Credit Company (ACC) menjadi tulang punggung dalam bisnis pembiayaan. Meski begitu, entitas lain seperti PT Toyota Astra Finance punya portofolio bagus.
Terlebih, suku bunga acuan yang meningkat mempengaruhi pasar pembiayaan di dalam negeri. Suparno bilang, Astra akan memilih menjaga risiko berbisnis untuk menjaga kondisi kesehatan kredit. Sebab dengan tren suku bunga meningkat dan nilai tukar mata uang saat ini risiko kredit macet lebih besar. Karena itu, harapan Astra tak muluk yakni mempertahankan rasio non performing finance (NPF). "Total NPF multifinance Group Astra 0,6%," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News