Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar tentang Koperasi Kospin Jasa kembali yang akan masuk menjadi pemegang saham PT Bank Muamalat Indonesia Tbk kembali menghangat. Isu ini bukanlah barang baru, saat bank syariah pertama di Indonesia ini gencar mencari investor penyelamat, Kospin Jasa memang menjadi salah satu kandidat.
Pada akhirnya, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) keluar menjadi pemegang saham pengendali Bank Muamalat. BPKH menggantikan investor terdahulu yang didominasi dari timur tengah.
“Itu dulu tahun 2019, tapi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lebih memilih BPKH,” ujar Ketua Umum Kospin Jasa Andy Arslan Djunaid kepada Kontan.co.id, Senin (14/11).
Baca Juga: Isu Kospin Jasa Ingin Jadi Pemegang Saham Bank Muamalat Beredar Lagi
Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat Hayunaji juga menyatakan belum ada kebutuhan untuk melakukan penguatan modal saat ini. Seiring dengan struktur permodalan Bank Muamalat cukup memadai dengan rasio kecukupan modal minimum atau capital adequacy ratio (CAR) di level 33,86% per September 2022.
“Manajemen Bank Muamalat belum memperoleh informasi terkait hal tersebut dan tidak dapat memberikan tanggapan yang dapat menjadi spekulasi. Saat ini mayoritas saham Bank Muamalat dimiliki oleh BPKH sebesar 82,65%,” ujarnya kepada Kontan.co.id.
Selain BPKH, saham Bank Muamalat dimiliki oleh Andre Mirza Hartawan sebanyak 5,19%, lalu Aplini 2,48%, Reza Rhenaldi Sayaiful 2,19%, Dewi Monica sebanyak 2,18%. Kemudian, Islamic Development Bank sebesar 2,04% dan masyarakat sebanyak 3,26%.
Sedangkan Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana menyatakan Bank Muamalat kini memfokuskan bisnis untuk menggarap ekosistem Haji dan Umrah beserta turunannya. Bank Muamalat mengklaim telah menguasai 42% pangsa pasar haji plus
Namun, ia sadar pada 2022 masih menjadi bagian konsolidasi bagi perseroan menjalankan bisnis. Oleh sebab itu, Bank Muamalat hanya menargetkan penyaluran kredit baru tahun ini hanya Rp 3,2 triliun.
“Kami tidak mau agresif, kami tetap harus konservatif dan belajar dari sebelumnya. Kita targetkan dari islamic ecosystem, korporasi dari BUMN, perusahaan blue chip dengan rating AAA,” jelas Permana.
Ia menyatakan di tahun 2023, Bank Muamalat akan terus mengoptimalkan ekosistem yang dimiliki pemegang saham pengendali. Ia optimistis, pembiayaan 2023 akan lebih tinggi dari pada 2022.
Baca Juga: Bank Muamalat Pimpin Sindikasi Pembiayaan Rumah Sakit Pertama Nahdlatul Ulama Jabar
“BPKH dan Kementerian Agama beserta turunannya seperti vendor mereka, itu harus kita biayai. Misal mereka dapat order untuk pakaian haji, nah itu kita biayai saja, karena sudah jelas uangnya,” tambahnya.
Adapun per September 2022, Bank Muamalat berhasil mencetak laba bersih Rp 31,61 miliar. Tumbuh 332,42% yoy dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,31 miliar. Sedangkan modal inti Bank Muamalat tumbuh 17,4% yoy dari Rp 4,31 triliun menjadi Rp 506 triliun di sembilan bulan pertama 2022.
Bakal IPO
Meski memiliki status perusahaan terbuka, Bank Muamalat masih belum listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). BPKH sebagai pemegang saham pengendali yang baru telah menugaskan Bank Muamalat untuk menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada akhir 2023.
“Kita sudah membentuk timnya, sudah kita sampaikan juga ke pemegang saham dan ke regulator (OJK). Jadi sudah kita siapkan semuanya,” ujar Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana.
Terkait target dana segar yang akan dihimpun, Permana menyebut masih mengkalkulasikan. Bila sudah mendapatkan angka yang tepat, maka akan segera diumumkan ke publik.
Baca Juga: Bank Muamalat Salurkan Pembiayaan Kepada PNM Senilai Rp 500 Miliar
Asal tahu saja, BPKH resmi menjadi pemegang saham pengendali Bank Muamalat sejak akhir 2021 lalu. Kala itu, BPKH menerima pengalihan saham melalui hibah dari para pemegang saham pengendali (PSP) sebelumnya, yakni Islamic Development Bank (IsDB), Boubyan Bank, Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDF Investment Foundation, dan BMF Holdings Limited.
Persiapan lainnya yang sudah dilakukan oleh Bank Muamalat dengan melakukan restrukturisasi aset bermasalah melalui kerja sama dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PT PPA.
PT PPA mengelola aset berkualitas rendah Bank Muamalat sebesar Rp 10 triliun. Ini membuat non performing financing (NPF) gross Bank Muamalat turun menjadi sekitar 2,35% per September 2022 turun dari 4,94% di September 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News