Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berhasil meraih kinerja cemerlang. Hingga akhir 2021, penyaluran kredit Bank BCA dan entitas anak mencapai Rp 637,0 triliun, atau naik 8,2% yoy dari Rp 588,67 triliun di 2020.
Presiden Direktur Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, peningkatan kredit tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional. Apalagi, penyaluran kredit terjadi di hampir semua segmen, terutama ditopang segmen korporasi dan KPR.
"Penyaluran kredit baru di segmen korporasi tumbuh dua kali lipat dibandingkan level pra-pandemi, sementara untuk segmen UKM dan KPR juga mampu melebihi capaian di tahun 2019," kata Jahja.
Sejalan dengan pencapaian itu, kredit korporasi naik 12,3% yoy mencapai Rp 286,5 triliun dan menjadi penopang utama pertumbuhan total kredit BCA. KPR, yang menjadi kontributor tertinggi kedua, tumbuh 8,2% yoy menjadi Rp 97,5 triliun.
Kredit komersial dan UKM juga naik 4,8% yoy menjadi Rp 195,8 triliun. Sementara itu, KKB terkoreksi 2,4% yoy menjadi Rp 36,0 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit tumbuh 5,2% yoy menjadi Rp11,8 triliun. Total portofolio kredit konsumer naik 5,1% yoy menjadi Rp 148,4 triliun.
Bank BCA menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 6% - 8%. Jahja sengaja memasang target yang lebih konservatif karena masih ada beberapa pertimbangan di 2022.
"Jangan terlalu agresif karena banyak faktor perkreditan seperti mobilitas masyarakat yang diharapkan bisa kembali normal, suku bunga, likuiditas yang ada, bagaimana NPL, bagaimana LAR terkendali atau tidak," jelasnya.
Baca Juga: Kredit Berkelanjutan BNI Capai Rp 172,4 Triliun pada Tahun Lalu
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk optimistis bisnis 2022 bisa lebih merekah sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di level 5% hingga 5,5%.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar menyatakan kredit akan tumbuh lebih agresif di kisaran 7% hingga 10% year on year (yoy) sepanjang tahun ini.
"Strategi dengan banyak mengubah proses bisnis secara digital dan memperkuat manajemen risiko. Sektor yang prospektif banyak sekali, mulai banyak projek seperti pembangunan ibu kota baru, hilirisasi, pengolahan, serta keharusan pengolahan komoditi mentah di dalam negeri," ujar Royke.
Selain itu, ia melihat sektor pertanian, logistik, dan kesehatan bisa diandalkan. Terlebih, pandemi akan medorong perbaikan pada sistem kesehatan Indonesia. Begitupun dengan sektor properti yang akan mendapat angin segar dari pertumbuhan ekonomi.
Asal tahu saja, sepanjang 2021 BNI berhasil menyalurkan kredit senilai Rp 582,43 triliun. Nilai ini tumbuh 5,3% yoy dari periode yang sama 2020 sebesar Rp 553,1 triliun.
Royke melanjutkan pendorong utama kredit selama tahun 2021 adalah penyaluran di sektor Business Banking terutama pembiayaan ke segmen Korporasi Swasta yang tumbuh 7,6% yoy menjadi Rp 180,4 triliun. Sedangkan segmen Large Commercial yang tumbuh 10,4% yoy menjadi Rp 40,9 triliun.
Adapun segmen kecil juga tumbuh 12,9% yoy dengan nilai kredit Rp 95,8 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor Business Banking ini tumbuh 4,5% yoy menjadi Rp 482,4 triliun.
Sementara di sektor konsumer, kredit terbesar yang tumbuh adalah kredit payroll, yaitu naik 18,3% yoy menjadi Rp 35,8 triliun; kemudian kredit kepemilikan rumah (mortgage) tumbuh 7,7% yoy menjadi Rp 49,6 triliun. Secara keseluruhan kredit konsumer tumbuh 10,1% yoy menjadi Rp 99 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News