Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Bank Panin Tbk (Panin Bank) berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih (konsolidasi) sebesar Rp 1,79 triliun pada kuartal III 2016. Angka ini meningkat 38,7% dibanding perolehan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan laba bersih ini ditopang oleh pendapatan bunga yang mencapai Rp 13,02 triliun atau naik 3,85% (year on year/yoy). Sementara biaya bunga berhasil ditekan turun 7,42% menjadi Rp 6,79 triliun. Adapun Net Interest Margin (NIM) membaik menjadi 5,01% dibanding periode yang sama tahun 2015 sebesar 4,48%.
Direktur Utama Panin Bank, Herwidayatmo mengatakan, peningkatan laba juga didorong oleh pendapatan operasional lain yang naik 20,56% menjadi Rp 1,12 triliun. "Terutama dari transaksi surat berharga," kata Herwidayatmo dalam keterangan resmi yang diterima KONTAN, Kamis (27/10).
Sementara dari segi aset, Panin Bank juga mengalami peningkatan sebanyak 7,01% mencapai Rp 195,02 triliun pada September 2016 dibandingkan aset tahun lalu sebesar Rp 182,23 triliun.
Penyaluran kredit Panin Bank tercatat hanya tumbuh 4,63% yoy menjadi Rp 131,14 triliun. Sementara perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh mengikuti kredit sebesar 3,62% menjadi Rp 133,83 triliun dibanding perolehan kuartal III 2015 sebesar Rp 129,16 triliun. "CAR kita 21,05% naik dari tahun lalu 4,48%. Sementara LDR 97,98%," pukas Herwidayatmo.
Sementara PT Bank Permata Tbk (Bank Permata) mencatatkan laba operasional sebelum pencadangan tumbuh tipis sebesar 4% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 2,9 triliun. "Ini didorong oleh penguatan pendapatan non-bunga. Hal ini merupakan indikasi bahwa bisnis kami berjalan dengan baik di tengah tekanan ekonomi makro khususnya sektor komersial," kata Direktur Utama Bank Permata, Roy Arfandy dalam rilis yang diterima KONTAN (27/10). Adapun pertumbuhan pendapatan non bunga Bank Permata tumbuh 21% yoy.
Meski begitu, Bank Permata mengakui pada kuartal ini pihaknya mengalokasikan beban pencadangan dalam jumlah yang signifikan. Atas hal itu, kerugian bersih perseroan tercatat sebesar Rp 1,2 triliun. "Salah satu pencapaian kami pada kuartal ini ialah PermataBank berhasil mencatatkan Modal Inti Utama (Common Equity Tier 1, CET-1) sebesar 15,5% dan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 19,3%, atau tertinggi sepanjang sejarah Bank,” tutur Direktur Keuangan Permata Bank, Sandeep Jain.
Tekanan tersebut berimbas pada pertumbuhan kredit yang negatif sebesar 16% yoy dan rasio kredit bermasalah (NPL) Gross dan Net masing-masing sebesar 4,9% dan 2,5%.
Lebih lanjut Roy menambahkan saat ini pihaknya tengah fokus pada peningkatan kualitas aset dan menjaga performa perseroan dari sisi pendapatan non bunga sekaligus meningkatkan kualitas struktur pendanaan, pendapatan dan efisiensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News