Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kredit bermasalah sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mulai memperlihatkan tanda-tanda perbaikan setelah beberapa waktu terakhir naik.
Bank Indonesia (BI) mencatat non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah UMKM per Juni 2025 ada di level 4,41% setelah pada bulan sebelumnya atau Mei 2025 masih ada di level 4,49%. Walau demikian secara tahunan atau year on year (yoy) NPL UMKM memang masih terlihat tinggi, di periode sama tahun sebelumnya NPL UMKM berada di level 4,04%.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, faktor perbaikan NPL berasal dari perbaikan kualitas penyaluran kredit dari bank karena lebih selektif memilih UMKM yang punya arus kas baik.
Bank juga disebut memitigasi risiko pasca berakhirnya restrukturisasi, disertai strategi penagihan yang lebih efektif.
"Tapi tantangannya ini hanya temporer, karena dari sisi debitur UMKM menghadapi tekanan masih rendahnya konsumsi rumah tangga, pelemahan kurs rupiah mempengaruhi biaya bahan baku impor dan mesin, serta efek efisiensi anggaran pemerintah secara tidak terdampak ke omzet UMKM di daerah," ungkap Bhima kepada kontan.co.id, Selasa (2/9/2025).
Baca Juga: Jaga Kualitas, SMBC Indonesia Akui Kredit UMKM Sedang Melambat
Menurut Bhima, pemerintah harus mengeluarkan insentif fiskal yang lebih besar beyond KUR ke UMKM, pengadaan barang 30% dari UMKM menurutnya jangan sampai terganggu dengan adanya pemangkasan anggaran.
Selain itu, Bhima bilang UMKM perlu diproteksi dari impor barang jadi khususnya pakaian jadi dan alas kaki. Pemerintah bisa membantu akses pasar ekspor alternatif di tengah perang dagang, terutama bagi pasar furnitur ke AS -Eropa.
"Soal pajak juga sebaiknya tidak agresif menyasar UMKM, karena di nota keuangan RAPBN 2026 pemerintah mau menyasar perdagangan eceran khawatir UMKM nya bisa tertekan dan NPL naik lagi," katanya.
Sependapat, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan juga mengatakan, sentimen terjadinya perbaikan NPL UMKM adalah karena bank fokus pada penyelesaian atau penurunan kredit bermasalah dan ekspansi kredit lebih selektif sehingga NPL UMKM dapat ditekan pada Juni 2025..
"Tren perbaikan bisa saja berlanjut bila didukung juga dengan daya beli yang semakin membaik," ucap Trioksa.
Trioksa menyarankan agar bank tetap selektif memberikan kredit dan melakukan penagihan intensif untuk kredit-kredit bermasalah.
Sejumlah perbankan pun terlihat mulai mencatatkan penurunan pada kredit macet UMKM di semester I-2025. Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatatkan penurunan dari 5,05% di semester I-2024 ke 4,96% di semester I-2025.
Baca Juga: BRI Salurkan Pembiayaan kepada UMKM Senilai Rp 1.137,84 Triliun
Kredit macet PT Bank Negara Indonesia (BNI) di segmen kecil juga menurun secara yoy dari 4,2% ke 3,8%. PT Bank CIMB Niaga turun dari 4,6% ke 4,1% di semester I-2025.
Head of Emerging Business Banking (EBB) CIMB Niaga Tony Tardjo mengatakan, faktor pendorong menurunnya NPL UMKM karena pihaknya melakukan deteksi awal dengan cara komunikasi aktif antara pihak dan nasabah, sehingga apabila nasabah mengalami perburukan bisnis, bisa dicari solusi bersama.
"Selain itu, kami juga meningkatkan intensitas penyelesaian kredit yang dalam perhatian khusus," kata Tony.
Hingga akhir tahun, pihaknya pun menargetkan NPL UMKM dapat dijaga di bawah 4%. Dalam menjaga kredit macet, pihaknya telah menerapkan strategi dengan menerapkan prinsip kehati-hatian pada waktu penyaluran kredit awal, memberikan suku bunga yang kompetitif untuk mendukung sektor UMKM.
"Kami juga selalu berkomunikasi secara aktif dengan para nasabah untuk memantau kondisi bisnis nasabah dan apabila diperlukan, dan akan melakukan tindakan pro aktif untuk memastikan kondisi pembayaran nasabah selalu lancar," imbuhnya.
Sementara PT Bank Central Asia (BCA) masih mencatatkan kenaikan pada kredit macet UMKM. Per Juni 2025 ada di level 16,6% dari 15,9% di periode sama tahun sebelumnya.
Walau demikian, Hera F. Haryn selaku EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA bilang, pihaknya berkomitmen menyalurkan kredit secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan disiplin dalam penerapan manajemen risiko.
Baca Juga: Kucuran Kredit dari Perbankan ke Segmen UMKM Semakin Mampet
Rasio NPL untuk segmen korporasi dan UMKM di BCA juga disebut tetap terkendali, sehingga total NPL perseroan secara keseluruhan terjaga di level 2,2%.
Adapun penyaluran kredit BCA ke sektor UKM meningkat 11,1% yoy hingga Rp 127 triliun per Juni 2025. Untuk mendorong kredit di sektor UMKM, BCA memberikan suku bunga spesial untuk kredit UMKM berbasis lingkungan sosial dan tata kelola (LST).
"Kami melihat kinerja industri perbankan akan sejalan dengan kondisi perekonomian. BCA berkomitmen memaksimalkan berbagai kanal penyaluran pembiayaan, digitalisasi, serta optimalisasi rantai pasok buyer atau mitra secara pruden," jelasnya.
Selanjutnya: Yuk Cek Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok, Rabu 3 September 2025
Menarik Dibaca: Yuk Cek Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok, Rabu 3 September 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News