kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kredit Korporasi Sejumlah Bank Tumbuh Dua Digit Seiring Kenaikan Kredit Macet


Selasa, 29 Oktober 2024 / 20:48 WIB
Kredit Korporasi Sejumlah Bank Tumbuh Dua Digit Seiring Kenaikan Kredit Macet
ILUSTRASI. Penyaluran kredit perbankan ke segmen korporasi masih terjaga pertumbuhannya di kisaran dua digit sampai dengan September 2024.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan ke segmen korporasi masih terjaga pertumbuhannya di kisaran dua digit sampai dengan September 2024, meskipun berdasarkan data Bank Indonesia, kredit korporasi telihat terkoreksi dari bulan sebelumnya yang tumbuh 15,7% yoy per Agustus 2024, menjadi tumbuh 15,1% yoy per September 2024.

Seiring dengan itu sejumlah bank besar mencatatkan kinerja pertumbuhan kredit korporasi yang memuaskan pada Kuartal III-2024. Seperti PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi sebesar 15,9% yoy mencapai Rp 395,9 triliun.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn mengatakan, pertumbuhan kredit korporasi yang tinggi tersebut kebanyakan disalurkan menunjang proyek hilirisasi di Indonesia, dengan mayoritas penyalurannya digunakan untuk pengembangan usaha.

Baca Juga: Jangan Harap Penurunan Bunga Kredit Dalam Waktu Dekat

Di sisi lain, porsi kredit korporasi yang jatuh menjadi menjadi kredit macet atau NPL (non performing loan), tercatat terus menyusut dari 45,8% dengan Rp 7,09 triliun per September 2023, menjadi sebesar 36,5% atau senilai Rp 6,57 triliun per September 2024. 

Meskipun memang secara total kredit BCA yang jatuh menjadi NPL naik secara tahunan dari Rp 15,5 triliun menjadi Rp 18 triliun per September 2024.

Sejalan dengan itu kabar kepailitin dari PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) juga turut menjadi salah satu yang menyumbang kredit bermasalah BCA, dengan niali utang Sritex yang mencapai US$ 82,68 juta atau sekitar Rp 1,30 triliun (kurs Rp 15.755).

Kualitas kredit BCA tercatat stagnan di level 2,1% per September 2024, tidak berbeda dari periode yang sama tahun lalu.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn mengatakan, portofolio kredit yang direstrukturisasi terus mengalami perbaikan.  Hal ini tercermin dari menurunnya rasio loan at risk (LAR) mencapai 6,1% per September 2024, membaik dari tahun sebelumnya 7,9%.

Baca Juga: Bunga Kredit Belum Akan Segera Turun

"Kami berkomitmen menyalurkan kredit secara prudent, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam kerangka kerja manajemen risiko yang terintegrasi," ungkap Hera kepada Kontan, Selasa (29/10).

Lebih lanjut Hera menyatakan, BCA senantiasa menyalurkan kredit ke sektor-sektor potensial dengan tetap memperhatikan berbagai pertimbangan seperti kondisi perekonomian domestik, global serta potensi bisnis calon debitur.

Sementara itu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi sebesar 15,1% YoY menjadi Rp409,2 triliun pada kuartal III-2024. 

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyatakan, kinerja intermediasi yang tumbuh positif dan seimbang, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional yang semakin membaik. 

Di sisi lain, jika melihat laporan keuangan BNI, tercatat porsi kredit korporasi yang jatuh menjadi NPL meningkat dari 23% per September 2023, naik menjadi 30,1% per September 2024. 

Meski begitu secara keseluruhan, rasio NPL kredit BNI terjaga di level 2% per September 2024.

Sementara porsi kredit yang mengalami restrukturisasi juga meningkat dari 55,2% per September 2023, naik menjadi 61,9% per September 2024, meskipun dari total kredit yang restruck di BNI terlihat menyusut secara tahunan dari Rp 50,6 triliun menjadi Rp 36,4 triliun per September 2024.

Baca Juga: Pemerintah akan Hapus Buku dan Hapus Tagih Kredit Macet Petani dan Nelayan

Yang terbaru, mencuat kabar terkait dengan utang Sritex yang dinyatakan bangkrut, dimana perusahaan ini memiliki pinjaman utang di BNI mencapai US$ 23,81 juta atau setara dengan Rp 374,6 miliar. 
Meskipun pihak manajemen BNI telah menyatakan pernyataan resminya dimana perseroan masih memantau perkembangan dan koordinasi dengan pemerintah khususnya kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan.

Mitigasi risiko akibat dampak pailit Sritex tersebut terhadap bank telah diantisipasi dengan penyediaan rasio pencadangan yang cukup kuat, sehingga hal tersebut akan terbatas mempengaruhi laba perseroan. 

Terbukti dari kualitas aset lebih baik dengan rasio Loan at Risk turun dari 14,4% menjadi 11,8% periode sembilan bulan hingga September 2024 YoY, begitupun NPL yang turun menjadi 2% dari 2,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ke depan, dengan melihat proyeksi pertumbuhan PDB yang membaik sesuai dengan visi dari pemerintah baru dengan memfokuskan pada sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi, ketahanan energi dan pangan serta mendukung program perumahan, BNI optimistis pertumbuhan kredit akan semakin baik di tahun 2025 mendatang. 

Sehingga di tahun 2025 BNI memproyeksikan pertumbuhan kredit lebih baik dibanding tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×