Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Segmen korporasi juga jadi biang keladi meningkatnya rasio kredit macet kotor di BNI, ditambah dengan segmen kredit menengah. Tahun lalu rasio kredit macet kotor BNI secara individual meningkat 40 bps menjadi 2,3% dari 1,9% pada 2018. Adapaun rasio kredit macet bersihnya meningkat 30 bps menjadi 1,2%. “Rasio NPL pada 2019 sebesar 2,3% atau meningkat Rp 2,4 triliun. Penyumbang utamanya berasal dari segmen korporasi dan menengah,” papar BNI dalam presentasinya.
Adapun secara individual bank berlogo angka 46 ini berhasil menyalurkan kredit Rp 522,45 triliun dengan pertumbuhan 8,11% (yoy).
Rasio kredit macet segmen korporasi sebesar 1,9% pada 2019 dengan kenaikan 20 bps (yoy) dibandingkan 2018 sebesar 1,7%. Sementara segmen naik 150 bpsdari 2,6% pada 2018 menjadi 4,1% pada akhir 2019 lalu.
Baca Juga: Incar potensi di Indochina, BNI kaji pembukaan kantor di luar negeri
Di segmen korporasi, sumber kredit macet terbesar berasal dar perusahaan timah di Bangka senilai Rp 877 miliar akibat masalah perizinan, perusahaan telekomunikasi di Jakarta senilai Rp 682 miliar, dan manufaktur tekstil di Solo senilai Rp 464 miliar, keduanya akibat persaingan bisnis.
Sementara di segmen menengah penyumbang kredit macet terbanyak dari perusahaan galangan kapal di Kalimantan Barat Rp 150 miliar akibat masalah likuiditas, dan perusahaan transportasi laut di Jakarta Rp 145 miliar.
Bank berlogo angka 46 ini juga menyatakan para debitur yang disebut sebelumnya sudah diklasifikasikan sebagai kredit berisiko. Adapun risiko kredit alias loan at risk BNI pada 2019 lalu sebesar 9,4%, meningkat 150 bps (yoy) dibandingkan akhir 2018 lalu sebesar 7,9%.
Baca Juga: Bank BNI (BBNI) buka opsi mengakuisisi bank kecil tahun 2020 ini
Meningginya rasio kredit macet BNI juga disebabkan turunnya hapus buku alias write off yang dilakukan senilai Rp 5,57 triliun, merosot 25,11% (yoy) dibandingkan akhir 2018 lalu sebesar Rp 7,44 triliun. Sementara pemulihan kreditnya tercatat stabil, dari Rp 2,65 triliun pada 2018 menjadi Rp 2,68 triliun akhir tahun lalu.
Sementara rasio pencadangan BNI juga tercatat menurun akibat rasio kredit macet yang meningkat, padahal nilai pencadangannya meningkat. Tahun lalu BNI membentuk pencadangan Rp 15,83 triliun atau setara 133,5% dari nilai kredit macetnya Rp 11,86 triliun. Sedangkan pada 2018 rasio pencadangan dibentuk Rp 14,06 triliun atau setara 152,9% dari nilai kredit macet Rp 9,19 triliun.