kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit macet bank pelat merah kompak terangkat


Minggu, 26 Januari 2020 / 19:07 WIB
Kredit macet bank pelat merah kompak terangkat
ILUSTRASI. Seorang teller PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menghitung uang pecahan Rp100 ribu di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis (19/12/2019). Kredit macet bank-bank pelat merah meningkat.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua dari tiga bank pelat merah yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan peningkatan rasio kredit macet kotor alias non performing loan (NPL) gross pada 2019. Cuma PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatat perbaikan, meskipun NPL net Bank Mandiri ikut terkerek naik.

BRI jadi pemilik rasio kredit macet kotor terbesar dengan peningkatan yang juga paling besar. Secara individual (bank only), rasionya meningkat 46 bps (yoy) dari 2,16% pada 2018 menjadi 2,62% pada akhir 2019. Rasio kredit macet bersih (NPL net) juga meningkat 12 bps menjadi 1,04% pada akhir 2019.

Sementara pertumbuhan kredit bank dengan aset terbesar di tanah air ini tercatat 7,6% (yoy) menjadi Rp 859,55 triliun pada akhir 2019 lalu. “Penyumbang utama NPL memang dari segmen korporasi, tapi kami akan mulai konsolidasi menurunkan porsinya, dan meningkatkan portofolio di mikro, dan UMKM,” kata Direktur Utama BRI Sunarso, Kamis (23/1) lalu.

Baca Juga: Laba Bersih Bank BRI (BBRI) Cuma Tumbuh Satu Digit, Ini Penyebabnya

Kredit korporasi BRI tercatat punya rasio kredit macet 8,76%, meningkat 327 bps (yoy) dibandingkan akhir 2018 lalu sebesar 5,49%.

Padahal kredit korporasi BRI justru turun 0,74% (yoy) dari Rp 192,45 triliun pada 2018 menjadi Rp 191,02 triliun pada 2019. Artinya ada senilai Rp 16,73 triliun dari penyaluran kredit korporasi BRI yang tersendat.

“Tahun lalu kami juga sudah melakukan pencadangan dengan rasio 153,64% dari NPL. Tahun ini diharapkan dengan mengandalkan pertumbuhan di segmen mikro, kualitas kredit makin terjaga sehingga rasio pencadangannya bisa berkurang,” lanjut Sunarso.

Baca Juga: NPL BRI membengkak, segmen korporasi jadi penyebab

Sepanjang tahun lalu, BRI juga tercatat telah merestrukturisasi kredit senilai Rp 51,9 triliun atau setara 6,0% dari total kredit. Adapun tahun ini, rasio NPL BRI ditargetkan bisa ditekan hingga 2,5%.

Segmen korporasi juga jadi biang keladi meningkatnya rasio kredit macet kotor di BNI, ditambah dengan segmen kredit menengah. Tahun lalu rasio kredit macet kotor BNI secara individual meningkat 40 bps menjadi 2,3% dari 1,9% pada 2018. Adapaun rasio kredit macet bersihnya meningkat 30 bps menjadi 1,2%. “Rasio NPL pada 2019 sebesar 2,3% atau meningkat Rp 2,4 triliun. Penyumbang utamanya berasal dari segmen korporasi dan menengah,” papar BNI dalam presentasinya.

Adapun secara individual bank berlogo angka 46 ini berhasil menyalurkan kredit Rp 522,45 triliun dengan pertumbuhan 8,11% (yoy).

Rasio kredit macet segmen korporasi sebesar 1,9% pada 2019 dengan kenaikan 20 bps (yoy) dibandingkan 2018 sebesar 1,7%. Sementara segmen naik 150 bpsdari 2,6% pada 2018 menjadi 4,1% pada akhir 2019 lalu.

Baca Juga: Incar potensi di Indochina, BNI kaji pembukaan kantor di luar negeri

Di segmen korporasi, sumber kredit macet terbesar berasal dar perusahaan timah di Bangka senilai Rp 877 miliar akibat masalah perizinan, perusahaan telekomunikasi di Jakarta senilai Rp 682 miliar, dan manufaktur tekstil di Solo senilai Rp 464 miliar, keduanya akibat persaingan bisnis.

Sementara di segmen menengah penyumbang kredit macet terbanyak dari perusahaan galangan kapal di Kalimantan Barat Rp 150 miliar akibat masalah likuiditas, dan perusahaan transportasi laut di Jakarta Rp 145 miliar.

Bank berlogo angka 46 ini juga menyatakan para debitur yang disebut sebelumnya sudah diklasifikasikan sebagai kredit berisiko. Adapun risiko kredit alias loan at risk BNI pada 2019 lalu sebesar 9,4%, meningkat 150 bps (yoy) dibandingkan akhir 2018 lalu sebesar 7,9%.

Baca Juga: Bank BNI (BBNI) buka opsi mengakuisisi bank kecil tahun 2020 ini

Meningginya rasio kredit macet BNI juga disebabkan turunnya hapus buku alias write off yang dilakukan senilai Rp 5,57 triliun, merosot 25,11% (yoy) dibandingkan akhir 2018 lalu sebesar Rp 7,44 triliun. Sementara pemulihan kreditnya tercatat stabil, dari Rp 2,65 triliun pada 2018 menjadi Rp 2,68 triliun akhir tahun lalu.

Sementara rasio pencadangan BNI juga tercatat menurun akibat rasio kredit macet yang meningkat, padahal nilai pencadangannya meningkat. Tahun lalu BNI membentuk pencadangan Rp 15,83 triliun atau setara 133,5% dari nilai kredit macetnya Rp 11,86 triliun. Sedangkan pada 2018 rasio pencadangan dibentuk Rp 14,06 triliun atau setara 152,9% dari nilai kredit macet Rp 9,19 triliun.

Kemudian ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang jadi satu-satunya bank pelat merah di bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 mencatat perbaikan rasio kredit macet. Secara kotor, rasionya menurun 42 bps (yoy) dari 2,79% pada 2018 lalu menjadi 2,37% akhir tahun lalu. Meski demikian rasio kredit macet bersihnya meningkat 17 bps dari 0,67% pada 2018 menjadi 0,84% pada 2019.

Adapun penyaluran kredit bank berlogo pita emas secara individual tahun lalu mencapai Rp 792,35 triliun dengan pertumbuhan 10,20% (yoy). Dari penyaluran kredit tersebut, nilai kredit macetnya mencapai Rp 18,84 trilun. Dari presentasi korporasi perseroan segmen komersial jadi penyumbang utamanya, senilai Rp 14,50 triliun atau setara 47,15% dari total nilai kredit macetnya.

Baca Juga: Dana murah Bank Mandiri hingga akhir 2019 capai 609,6 triliun

“Kinerja ini sesuai dengan perbaikan yang kami lakukan dalam tiga tahun belakangan. Dalam beberapa tahun terakhir NPL juga terus berkurang,” kata Direktur Manajamen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin saat paparan kinerja 2019, Jumat (24/1) lalu.

Adapun tahun ini, Bank Mandiri juga masih akan berupaya kembali menekan rasio kredit macet kotornya menjadi hingga 2,1%. Siddik bilang, ini bisa tercapai lantaran perseroan sudah memetakan risiko-risiko kreditnya.

Baca Juga: Berkat CKPN melandai, Bank Mandiri cetak laba bersih Rp 27,5 triliun tahun lalu

Apalagi perseroan juga telah menyiapkan tambahan pencadangan hingga Rp 25 triliun tahun ini, dan diperkirakan rasio pencadangannya bisa mencapai hingga 275%. Ini dilakukan guna mengimplementasikan ketentuan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 71.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×