Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit mengalir kencang sepanjang 2022. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kredit tahun lalu tumbuh sebesar 11,35% jika dibandingkan dengan tahun 2021.
Capaian ini lebih tinggi dua kali lipat lebih dari tahun 2021 yang hanya tumbuh 5,25% secara tahunan atau year on year (YoY).
"Pertumbuhan ini lebih tinggi dari capaian rata-rata lima tahun sebelum pandemi Covid-19." kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/2).
Adapun rata-rata pertumbuhan kredit perbankan dalam lima tahun sebelum padami yakni dari 2015-2019 hanya mencapai 8,88%.
Baca Juga: Laba Menjulang, Saham Bank Besar Punya Potensi Upside Menarik
Pertumbuhan kredit terutama didorong oleh jenis kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 12,17%, lebih tinggi dari 2021 yang tumbuh 6,32%.
Adapun kredit investasi tumbuh 12% dibandingkan 4,01% pada 2021 dan kredit konsumsi naik 9,42% dibandingkan dengan 2021 tumbuh 4,67%.
Dari sisi skala debitur, pertumbuhan kredit debitur korporasi mencapai 15,44%. Sedangkan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tumbuh 10,46%.
Sedangkan dari sisi sektor usaha, sektor pertambangan menjadi penopang pertumbuhan kredit perbankan tahun lalu yang berhasil tumbuh 54,35%, disusul sektor pengolahan tumbuh 12,19%, sektor pertanian tumbuh 10,3% dan sektor rumah tinggal sebesar 10,09%.
Mahendra mengatakan, optimisme pertumbuhan kredit perbankan akan terus berlanjut pada tahun ini.
"Itu tercermin dari besarnya investasi non residence dan SBN pada Januari 2023 yang mencatatkan pembelian neto sebesar Rp 49,7 triliun," ungkapnya.
Pertumbuhan kredit tersebut disertai dengan perbaikan kualitas aset. Mahendra menyebut risiko kredit perbankan dalam tren penurunan didukung likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat.
Baca Juga: Bisnis Internasional Bank Diprediksi Tetap Melaju Meski Ekonomi Dunia Lesu
Non performing loan (NPL) gross perbankan per Desember 2022 terpantau turun menjadi sebesar 2,44% dari 3% pada Desember 2021.
Ia bilang, stabilitas sektor keuangan masih tetap terjaga dan semakin kondusif. Itu buah hasil sinergi KSSK. ke depan ruang pertumbuhan masih besar sejalan terjaganya kualitas aset.
Kredit restrukturisasi perbankan turun signifikan menjadi Rp 469,2 triliun, yang terdiri dari Rp 312,5 triliun dari sektor non UMKM dengan jumlah debitur 0,64 juta dan Rp 156,6 triliun dari sektor UMKM dengan jumlah debitur 1,72 juta.
Itu turun dari Rp 576,2 triliun pada Juni 2022 dan dari puncaknya yakni pada Desember 2020 sebesar Rp 829,7 triliun.
Perbankan telah melakukan pencadangan sebesar 24,3% terhadap total kredit restrukturisasi.
Mahendra mengatakan, hal itu dapat diartikan bahwa perbankan siap mengakhiri kredit restrukturisasi Covid-19 pada Maret 2023, kecuali beberapa sektor padat karya yang akan diperpanjang hingga Maret 2024.
Baca Juga: Bank BTN Targetkan Dana Kelolaan Nasabah Prioritas Rp 51,5 Triliun di 2023
Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 9,01% didorong kenaikan giro dan tabungan yang tumbuh masing-masing sebesar 18,78% dan 7,52%.
likuiditas perbankan memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) di level 137,67% dan Alat Likuid/DPK di level 31,20% pada Desember 2022.
Ketahanan permodalan industri jasa keuangan juga menunjukkan peningkatan dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 25,68%,
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News