kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Kredit perbankan di kawasan Asia-Pasifik melambat


Senin, 04 Agustus 2014 / 11:47 WIB
Kredit perbankan di kawasan Asia-Pasifik melambat
ILUSTRASI. Cari tahu cara, syarat dan ketentuan promo Bank Jago, bayar tagihan listrik bisa dapat cashback 100%


| Editor: Hendra Gunawan

SINGAPURA. Rupanya bukan hanya perbankan di dalam negeri yang mengalami perlambatan pertumbuhan kredit. Berdasarkan laporan Fitch Ratings, yang dirilis kemarin (3/8), bank-bank di kawasan Asia-Pasifik (APAC) juga mengalami perlambatan pertumbuhan kredit dan ketatnya likuiditas.

Menurut  Fitch, untuk mengatasi hal tersebut, otoritas perbankan di berbagai negara telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan hutang. Dalam laporan yang bertajuk APAC Financial Institutions Quarterly Dashboard tersebut, Fitch percaya bahwa stabilitas makroekonomi menjadi kunci untuk menjaga tingkat kerugian.

Fitch juga mengingatkan bahwa pengendalian laju pertumbuhan kredit dan mencegah terjadinya gelembung kredit, terutama di sektor properti, lebih penting daripada berfokus pada tingkat kredit.

Fitch mengharapkan bahwa pemerintah di negara-negara APAC memperhatikan harga properti untuk menghindari penurunan aset rumah. Seperti bank-bank di negara yang kredit perumahannya mendominasi total kredit, misalnya Taiwan  yang 85% dari kredit ritelnya ada di perumahan. Lalu Australia, Hong Kong dan Singapura yang kredit propertinya berkisar antara 70% -75%.

Meskipun risiko kredit meningkat, Fitch melihat bahwa rasio kredit macet (NPL) perbankan di sebagian besar negara akan tetap rendah. Seperti di China, Singapura, India, Malaysia, Filipina dan Thailand. Namun ada juga yang berpotensi meningkat seperti Australia, Jepang, dan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×