kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.204   62,76   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   11,08   1,01%
  • LQ45 878   11,31   1,31%
  • ISSI 221   1,16   0,53%
  • IDX30 449   6,13   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,20   0,97%
  • IDX80 127   1,37   1,09%
  • IDXV30 135   0,73   0,54%
  • IDXQ30 149   1,60   1,08%

Kredit Perbankan Masih Mengalir Deras Ke Sektor Pertambangan


Rabu, 04 September 2024 / 19:21 WIB
Kredit Perbankan Masih Mengalir Deras Ke Sektor Pertambangan
ILUSTRASI. Tambang PT Bukit Asam Tbk (PTBA)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski cita-cita menuju net zero emission terus digaungkan, hal tersebut tak menghentikan kucuran kredit ke sektor-sektor pertambangan. Nyatanya, pertumbuhan kredit ke sektor yang kerap dinilai tidak ramah lingkungan itu tetap mengalir deras.

Data Bank Indonesia (BI) yang mencatat kredit ke sektor pertambangan dan penggalian, baik itu kredit modal kerja maupun kredit investasi, tumbuh 33% secara tahunan (YoY) per Juli 2024 mencapai Rp 302 triliun.

Secara rinci, kredit ke sektor pertambangan dan penggalian yang digunakan untuk kredit modal kerja tumbuh hingga 50,6% YoY menjadi Rp 164,7 triliun. Sementara, yang digunakan untuk kredit investasi tumbuh lebih lambat sekitar 17% YoY menjadi Rp 137,5 triliun.

Baru-baru ini, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) telah memberikan fasilitas kredit ke dua perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan, yaitu PT Petrosea Tbk (PTRO)  dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Masing-masing, nilainya sebesar Rp 2,3 triliun hingga Rp 775 miliar.

Baca Juga: Kredit Perbankan ke Sektor Pertambangan Meningkat Pesat

Memang, jika mengacu pada paparan kinerja BNI sepanjang enam bulan pertama tahun ini, kredit terkait energi dan sumber daya alam masih menjadi salah satu kontributor terbesar. Setidaknya, masuk dalam tiga besar.

Selama semester I, kredit BNI yang disalurkan ke sektor tersebut mengalami pertumbuhan sekitar 33% menjadi Rp 10,2 triliun. Namun persentase pertumbuhannya masih dibawah penyaluran kredit ke segmen perdagangan yang tumbuh mencapai 127%.

Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini mengungkapkan meski masih kalah dari sektor energi pangan, permintaan kredit dari sektor energi tetap tinggi. Namun ia memastikan kredit untuk energi-energi terbarukan tak ditinggalkan. Bahkan secara tahunan, nilainya tumbuh 11,3% menjadi Rp 10,8 triliun.

“Sebagai bank sistemik, ini rasanya penting bagi BNI untuk memiliki eksposur yang terdiversifikasi di berbagai sektor yang memiliki karakteristik prospektif dengan fokus pada top tier,” ujar Novita, pada akhir pekan lalu.

Sementara itu, Herry Hykmanto, Direktur Syariah & Sustainability Finance, PT Bank Danamon Indonesia Tbk mengungkapkan bahwa sebagai bank yang beroperasi di Indonesia, sektor pertambangan memang mendominasi banyak usaha di sektor tersebut.

Suka tidak suka, ia bilang bahwa bank harus melihat masih adanya kebutuhan akan pembiayaan di sektor pertambangan. Yang bisa dilakukan oleh bank adalah bagaimana pembiayaan tersebut bisa mengurangi dampak emisi.

“Saya tidak akan bahas portfolio, kami harus melihatnya sebagai anugerah karena memang banyak usaha mining,” ujarnya.

Baca Juga: Rupiah Terus Menguat, Ini Emiten yang Bakal Untung dan Buntung

Ia menegaskan bahwa yang bisa dilakukan oleh Bank Danamon saat ini adalah melakukan penyaluran kredit secara selektif dan terbaik serta memberikan solusi bagaimana perusahaan bisa mengurangi dampaknya terhadap lingkungan dan memberikan yang terbaik untuk masyarakat sekitar.

“Secara kenyataan memang tidak mudah. Sekarang begini, Indonesia butuh nikel karena harus produksi baterai untuk mobil listrik,” tambah Hery.

Sekarang, yang diupayakan oleh Bank Danamon adalah menggenjot portofolio kredit ke sektor-sektor yang berkelanjutan, yang di 2023 masih sekitar 21% dengan nilai Rp 21,3 triliun. Tahun ini, Bank Danamon berencana untuk menggenjot portofolionya di sektor berkelanjutan menjadi 25%.

Sebelumnya, EVP Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Hera F. Haryn bilang saat ini komposisi kredit perseroan untuk sektor batubara ada sekitar 2% dari total kredit. Artinya, dengan total kredit BCA per Semester I-2024 senilai Rp 850 triliun, maka kredit ke sektor batubara senilai Rp 17 triliun.

Ia juga menambahkan portofolio kredit BCA ke sektor batubara tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Namun, ia tak menyebut secara pasti apakah ada kenaikan maupun penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya.

“Pembiayaan batubara ini dilakukan dalam rangka mendukung penyediaan pasokan listrik bagi masyarakat di seluruh pelosok Indonesia,” ujar Hera.

Hera menegaskan pihaknya senantiasa memperhatikan dan mengelola dampak lingkungan dari kegiatan bisnis perusahaan, salah satunya adalah dengan menerbitkan kebijakan sektoral khusus batu bara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×