Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perkembangan sektor keuangan tetap stabil terjaga dengan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan yang terus meningkat. Per April 2022, kredit perbankan tumbuh sebesar 9,10% secara year on year (yoy).
Kredit perbankan naik 3,69% secara year to date (ytd) atau dibanding akhir tahun lalu. Capaian ini meningkat signifikan dari bulan Maret yang tumbuh 6,67% yoy.
Secara sektoral, kredit sektor pertambangan dan manufaktur mencatatkan kenaikan terbesar secara bulanan atawa month to month (mtm) masing-masing sebesar Rp 21,5 triliun dan Rp 20,8 triliun.
Baca Juga: BI Catat Transaksi Digital Banking Tembus Rp 5.338,4 Triliun di April 2022
Profil risiko lembaga jasa keuangan pada April 2022 masih relatif terjaga dengan rasio NPL gross perbankan tercatat sebesar 3% dan NPl net 0,83%.
Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan, peningkatan kinerja intermediasi tersebut terjadi di tengah perekonomian global yang masih menghadapi tekanan inflasi yang persisten tinggi dan telah mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh mayoritas bank sentral dunia.
Konflik Rusia-Ukraina serta terganggunya rantai pasok global akibat lockdown di Tiongkok terus mendorong kenaikan harga komoditas terutama energi dan pangan.
Kenaikan inflasi yang diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter global telah meningkatkan potensi terjadinya hard landing sehingga meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global dan terjadinya outflow dari pasar keuangan emerging markets.
Baca Juga: BI Waspadai Risiko yang Bisa Hambat Aliran Modal Asing ke Pasar Keuangan Domestik
“Namun demikian, kinerja perekonomian domestik masih terjaga terlihat dari rilis PDB triwulan pertama 2022 yang terpantau sebesar 5,01% yoy diikuti dengan peningkatan kinerja mayoritas perusahaan publik di periode yang sama,” ungkap Anto dalam siaran pers, Rabu (25/5).
Indikator ekonomi high frequency juga terpantau masih positif, mengindikasikan berlanjutnya pemulihan ekonomi. Selain itu, pemerintah juga telah menaikkan anggaran subsidi energi menjadi Rp 443,6 triliun, terbesar sepanjang sejarah. Namun demikian, perlu dicermati tren kenaikan inflasi domestik dan dampak pelarangan ekspor CPO terhadap kinerja neraca perdagangan di bulan Mei 2022.
Sementara, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 10,11% yoy atau 0,08% ytd. Likuiditas perbankan berada pada level yang memadai. Rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK per April 2022 terpantau masing-masing pada level 131,21% dan 29,38%, di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Perbankan dinilai dapat memenuhi peningkatan GWM lanjutan sebesar 1% per Juni 2022 dengan likuiditas yang dipandang masih memadai untuk menyalurkan kredit dalam rangka melanjutkan momentum pemulihan ekonomi.
Baca Juga: Genjot Transaksi, BI Perpanjang Relaksasi 2 Sistem Pembayaran hingga Pengujung 2022
Permodalan lembaga jasa keuangan sampai saat ini terjaga dengan pada level yang memadai. Capital adequacy ratio perbankan tercatat sebesar 24,32%.
Industri asuransi mencatatkan penghimpunan premi asuransi pada April 2022 sebesar Rp 21,8 triliun dengan rincian Asuransi Jiwa sebesar Rp 8,6 triliun, Asuransi Umum dan Reasuransi sebesar Rp 13,2 triliun. Fintech P2P lending pada April 2022 mencatatkan outstanding pembiayaan sebesar Rp38,68 triliun atau tumbuh sebesar 87,7% yoy. Piutang perusahaan pembiayaan pada April 2022 tumbuh sebesar 4,51% yoy.
Risk-based capital (RBC) industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing tercatat sebesar 506,22 persen dan 321,51 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan sebesar 120 persen. Begitupun gearing ratio perusahaan pembiayaan yang sebesar 2,01 kali, jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Baca Juga: Percepat Kebijakan Moneter, BI Menaikkan GWM Bank
Di pasar modal, hingga 24 Mei 2022, jumlah penawaran umum yang dilakukan emiten mencapai 79 dengan total nilai penghimpunan dana mencapai Rp 100,1 triliun. Dari jumlah penawaran umum tersebut, 23 diantaranya dilakukan oleh emiten baru.
Dalam pipeline saat ini terdapat 105 emiten yang akan melakukan penawaran umum dengan total indikasi penawaran sebesar Rp 68,67 triliun.
Di tengah perkembangan kondisi ekonomi, pasar keuangan domestik secara umum bergerak volatile sejalan dengan pelemahan pasar keuangan global seiring aksi risk off investor. Hingga 20 Mei 2022, IHSG tercatat melemah sebesar 4,3% mtd ke level 6.918, sejalan dengan aliran dana nonresiden yang tercatat outflow sebesar Rp 9,23 triliun mtd.
Pasar SBN secara mtd juga terpantau melemah dengan rerata yield SBN naik 42,5 bps di seluruh tenor sejalan dengan outflow SBN investor nonresiden (asing) sebesar Rp37,81 triliun mtd. Sepanjang bulan Mei 2022, total net outflow nonresiden di IHSG dan pasar SBN adalah sebesar Rp47,04 triliun.
“Ke depan, OJK akan terus memperkuat koordinasi dengan para stakeholders dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan khususnya dalam mengantisipasi risiko tekanan inflasi global dan pengetatan kebijakan bank sentral dunia,” pungkas Anto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News